BAB 41 : PERSIAPAN

4.4K 784 14
                                    

Karna hari ini double up 👀 beri author semangat (つ≧▽≦)つ

~~~

"Selamat pagi, Nona!" Pekik Emma senang masuk ke kamar Clarissa dan tidak mendapati gadis itu di kasurnya. Emma berjalan mendekat.

"Oh? Selamat pagi." Gumam Clarissa bangun dari sofa tempat dai tidur semalaman.

"Kenapa Anda tidur lagi di sofa, Nona?" Tanya Emma tidak habis pikir. Clarissa sering kali kedapatan tidur di sofa bukan di ranjangnya.

Clarissa tidak bisa mengatakan jika makhluk putih menyebalkan itu datang lagi mengusik malam nya. Clarissa lebih memilih berjalan menuju kamar mandi dan mendapati jika dia memakai selimut malam tadi. Clarissa berpikir tidak mungkin Snow yang melakukannya. Lagi pula tubuh kecil begitu bisa membawa selimut sebesar ini apa.

Clarissa memilih tidak memusingkannya. Dia terlalu malas untuk memikirkannya. Emma seperti biasanya mengatakan semua jadwal Clarissa yang dia buat sebulan penuh untuk dirinya sendiri melakukan apa saja dan Emma selalu mengingatkannya.

"Nona hari ini punya sedikit sibuk, tidak seperti hari biasanya." Terang Emma sembari menyisir surai putih keperakan milik Clarissa yang selalu memanjakan matanya. Bahkan semua orang juga ingin menyentuh surai Clarissa yang terlihat seperti benang sutra yang terlihat lembut.

Clarissa mematung melihat dirinya sendiri. Dia melihatnya telinga berhenti bertumbuh dan juga warna netra matanya kembali normal tidak dominan berwarna kuning kejinggaan seperti tadi malam. Ini membuat lega.

"Em, Nona."

Clarissa yang mendengar nada Emma memanggilnya sedikit terdengar aneh.

"Ada apa Emma? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Tanya Clarissa melihat pantulan Emma dan dirinya di cermin.

"Mungkin ini sedikit terlambat, tapi kemarin Anda mengatakan kenapa hawa mansion terasa lebih ringan dari biasanya itu karena kemarin malam Nyonya Veronica dan Nona Xeana ditangkap dan masukkan ke dalam penjara." Terang Emma yang mendapati mata Clarissa membelalak terkejut. Dia tau kalau mansion terasa aneh dan melihat tidak ada tanda kehadiran dua wanita itu juga membuat Clarissa merasa aneh, tapi dia pikir itu sudah biasa karena mereka mungkin menghabiskan malamnya bersama pria hidung belang lainnya.

"Benarkah?!" Tanya Clarissa terkejut.

Emma mengangguk dengan yakin dan terlihat jelas wajah berseri-seri nya yang terlihat sangat senang dengan berita itu.

"Akhirnya dua wanita itu mendapat hukuman setimpal Nona. Sekarang mereka tidak bisa menyakiti Anda lagi Nona. Saya sangat senang."

Clarissa tersenyum tipis mendengar perkataan Emma, tapi disini dia harus memainkan peran seperti gadis rapuh dengan hati yang terlalu baik hati.

"Hmm, tapi bagaimana nanti ibu? Aku tidak ingin dia sakit dan apa dia bisa tidur di penjara? Apa kakak juga bisa?" Tanya Clarissa dengan nada suara sedih dengan tatapan nya ke arah bawah membayangkan keduanya berteriak saat melihat tikus berkeliaran di depan mereka. Itu terlihat sangat lucu.

Emma yang melihat sosok malaikat baik hati merasa tersentuh dan semakin gencar mengatai kedua wanita itu.

"Anda seharusnya tidak terlalu bersikap baik kepada mereka Nona. Anda Nona di kediaman ini. Anda putri Duke Sapphire."

Mendengar perkataan Emma membuat ingin tertawa dan juga dia harus menjaga image nya juga sekarang. Emma mengatakan jika persidangan tidak perlu di lakukan karena semua bukti sudah terkumpulkan dan juga Veronica dan Xeana akan mendapatkan batu nya juga.

Aku penasaran hukuman apa yang cocok untuk mereka berdua.

Tidak perlu waktu lama berita itu tersebar keseluruhan kerajaan. Mereka sekaligus merasa kasihan kepada Cendric yang selalu di tahan tidak bertemu dengan adiknya sendiri selama sepuluh tahun dan juga Veronica membuat mental lelaki itu rusak juga. Sedangkan, Clarissa sendiri, gadis tidak tau apa-apa selalu dianiaya oleh Veronica dan lebih buruknya rencana pembunuhan itu terdengar juga.

Clarissa menikmati duduk di belakang mansion. Di dekat hutan, di bawah pohon dia menikmati waktu luangnya yang pada akhirnya kemalang mereka akhirnya datang tanpa Clarissa duga. Terlebih siapa yang menyangka jika saat dia ke istana Ivan membahasnya bersama Raja.

Ini hari yang terbaik dalam hidup ku.

Edam yang melihatnya Nona nya tidak bisa diatur itu berbaring di atas rumput menikmati hari yang cerah ini. Edam berjalan mendekat.

"Nona, Apa Anda sudah siap?"

Clarissa bangun dari tidurnya dan menatap ke arah Edam dengan wajah sedihnya yang sekarang sedang dia permainkan.

"Apa ibu dan kakak perlu mendapatkan hukuman publik ini, Ed?" Tanya Clarissa lirih.

Edam hanya tersenyum ramah dengan angin sejuk menerbangkan Suria mereka berdua.

"Anda sangat lihat memainkan ekspresi ya Nona. Tentu saja mereka perlu Nona. Mereka mendapatkan apa yang mereka tunai juga." Terang Edam dan mendapatkan dengusan kecewa dari Clarissa karena gagal berakting sekarang.

"Kau tidak asik, lagi pula apa ada berita bagus akhir-akhir ini?" Tanya Clarissa bangkit membersihkan gaunnya dan melangkah mendekat ke Edam.

Ini lah Nona nya. Nona yang kuat selalu memikirkan masa depan kerajaan dari balik bayang-bayang.

"Rumor beberapa kandidat ratu selanjutnya."

Edam mengikuti langkah Clarissa. Gaun biru mudanya terlihat sangat cocok dengan surai putih keperakan nya dan juga netranya yang berwarna biru kehijauan itu.

Terlihat di depan mereka Emma memarahi Clarissa karena menghilang begitu saja dan juga melihat gaunnya yang sedikit kotor membuat Emma menyuruh Clarissa untuk berganti gaun, tapi itu hanya kotor sedikit dan Clarissa tidak mempersalahkan nya juga.

Emma memakai jubah bertudung ke Clarissa. Disaat bersamaan Ivan dan Cendric juga sudah bersiap menunggu nya.

"Ed." Panggil Clarissa terlihat tinggal beberapa meter dari kedua keluarga nya.

Edam hanya diam mendengarkan apa yang ingin Clarissa katakan.

"Apa di antara kandidat ratu mereka menyebutkan nama ku?"

"Ya, mereka sering menyebutkan nama Nona."

"Maka, buat rumor jika Nona Sapphire tidak cocok dengan kondisi tubuh rapuh nya. Aku tidak tertarik mengurusi setumpuk laporan di balik meja seharian." Cerca Clarissa dia benar-benar tidak ingin menjadi salah satu kandidat ratu. Dia bisa-bisa bersaing dengan Iris nantinya. Lagi pula juga dia tidak tertarik dengan Pangeran Eric juga. Dia hanya mengagumi sosok pemeran utama dan tidak ingin scene mereka berdua yang selama ini Clarissa tunggu-tunggu. Lagi pula dia masih berusaha mencari wanita yang cocok untuk bersama saudara laki-lakinya, Cendric.

Edam mengangguk dengan ragu. Lagi pula dari sudut pandang Edam. Clarissa adalah sosok wanita yang cocok memimpin negeri ini bersama dengan sosok putra mahkota yang misterius itu. Lalu kenapa Clarissa mengatakan jika dia tidak tertarik mengurusi setumpuk laporan, tapi dia sudah sering membantu hal seperti itu ke Marquees Cavero.

"Ayo berangkat." Ujar Ivan membantu Clarissa masuk ke dalam kereta kuda. Mereka akan pergi ke alun-alun kota, tempat dimana biasanya hukum publik dilakukan.

Clarissa tersenyum tipis dan mengangguk. Beberapa orang Carissa bawa seperti Emma, Edam, dan beberapa kesatria tentunya. Dalam kereta kuda Clarissa banyak diam dan itu membuat Ivan sangat sadar begitu pun juga Cendric. Mereka tau kebaikan hati Clarissa yang masih tidak tega dengan hukuman mereka berdua, tapi Ivan tidak peduli. Yang dia inginkan keadilan untuk kedua anaknya.

Semua orang berkumpul untuk melihat seorang wanita berpangkat Duchess dihukum. Semua orang dari berbagai kalangan berkumpul untuk melihat panggung yang disediakan khusus untuk dua orang wanita itu.
.
.
.
Tinggal dikit lagi!!!

See you next chapter 👋😻

Lady Sapphire : merubah takdir kakak antagonis || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang