Akhirnya hari pertama yang begitu panjang Clarissa bisa lewati. Kenapa juga di harus terjebak dengan Tuan Putri karena Tuan Putri tidak mau turun dari gendongku, tapi itu membuatnya berhasil kabur dari tatapan kepala pelayan istana itu.
"Ra... Clar... Clara!" Panggil Cendric yang melihat adik nya melamun terus di depan kereta kuda.
"Hm, kakak?"
"Kau baik-baik saja kan? Apa kau sakit?" Tanya Cendric menyibak poni Clarissa kebelakang. Menyentuh dahi Clarissa dengan telapak tangan nya.
"Hanya saja aku terlalu lelah hari ini." Cicit Clarissa berusaha sesehat mungkin di depan Cendric.
Cendric menarik tangannya, berpindah mengelus surai yang sama seperti warna miliknya.
"Sebaiknya kau segera beristirahat. Aku kebetulan datang karena ada urusan juga dengan Pangeran Eric."
Cendric melambaikan tangan sebelum dia benar-benar pergi. Emma yang berdiri di belakang Clarissa mulai merasa khawatir saat dia mendengar perkataan Clarissa tadi.
Clarissa segera kembali ke kamar tempat para kandidat ratu tinggal untuk sementara di istana Diamond tentu nya. Semua orang membawa pelayan pribadi mereka masing-masing.
Clarissa melempar tubuhnya ke kasur. Dia terlalu lelah setelah menidurkan Alena yang memeluknya terlalu erat tadi.
"Emma, kapan semua ini selesai? Aku ingin cepat pulang." Seru Clarissa tidak betah di istana secara jujur dia tidak ingin bersaing dengan Iris dan bahkan meminta mengundurkan diri, tapi kepala pelayan itu yang lah menyebalkan. Bahkan Renald lebih baik darinya.
"Anda harus berganti pakaian sebelum tidur Nona."
"Tapi, aku terlalu lelah." Gerutu Clarissa tidak jelas.
~~~
"Bagaimana hasilnya?" Tanya lelaki yang duduk dengan penuh wibawa yang menunggu hasil seleksi hari ini.
"Semuanya berjalan lancar. Hanya saja seperti Nona Sapphire... Nona..."
"Kenapa dengan dia memangnya? Bukan kah dia kandidat terbaik?"
Kepala pelayan merasa ragu untuk mengatakannya, tapi dia harus menyampaikan hasil nya.
"Nona sangat tidak berminat ikut. Dia bahkan sempat mengundurkan diri, tapi saya mencegahnya." Ujar kepala pelayan itu dengan sekilas ingatan tentang Clarissa terbayang di pikirannya.
Raja mendesah paruh. Dia tidak pernah memikirkan jika ini akan benar-benar terjadi. Bahkan Clarissa berhasil melarikan diri dari cercahan kepala pelayan. Sepertinya dia harus bertanya ke Clarissa bagaimana dia bisa kabur.
"Lalu, kenapa Theo sangat menginginkan gadis itu jika dia saja tidak berniat sama sekali." Gerutu Raja yang merasa pusing melihat jika kalau putra sulungnya diam-diam mencari tau tentang Clarissa.
"Saya tidak tau, tapi jika seperti ini nama Nona Sapphire benar-benar akan di coret Yang Mulia."
Raja tidak habis pikir, lalu bagaimana gadis itu berhasil membantu kerajaan dari balik bayang. Jika dia ingat lagi dia ingat sekali jika Marquees Cavero sendiri yang mengatakan.
"Jika Yang Mulia memikirkan pendapat saya Anda tidak akan menyesal. Nona Sapphire, gadis itu bukan gadis biasa. Dia seperti mendiang Rosalyn."
Raja masih ingat dengan jelas. Marquees Cavero terkenal dengan sebagai informan yang sangat diandalkan dan itu yang dia dapatkan setelah mencari semua informasi tentang semua kandidat ratu.
Raja mendesah paruh diiringi dengan kepergian kepala pelayan. Raja menatap keluar kaca. Langit nampak mulai berubah. Dimana langit biru cerah kini berganti dengan jingga keemasan. Setelah mengingat perkataan Marquees Cavero dia sekarang mengingat bayangan Rosalyn. Wanita berparas cantik yang bersurai putih keperakan itu menurun kepada putra dan putri nya. Dia masih ingat persaingan konyol itu dengan Ivan. Jujur saja siapa yang tidak terpesona dengan paras wanita itu hingga dia sendiri yang berjalan dan menggandeng tangan Ivan di depan semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Sapphire : merubah takdir kakak antagonis || ✓
Fantasía"Penyesalanku adalah pergi dari rumah hari itu." Kehidupan yang aku ingin hanyalah sebuah khayalan semata. Semua selesai dengan sepercik api. Clarissa Eunika Sapphire. Gadis pemicu karakter antagonis itu berhasil bertahan hidup dan aku yang sudah me...