"Ada apa?" Tanya Clarissa menatap Xeana yang memunggunginya dan dapat Clarissa lihat pemandangan hutan yang berada di bawah mereka. Xeana terus menatap pemandangan yang ada di bawah nya.
Angin semakin berhembus kencang. Udara terasa semakin menusuk dan dingin. Apa hari ini memang cuaca terbaik untuk berburu? Clarissa semakin mengkhawatirkan para lelaki yang berburu.
"Bukan kah disini sangat tenang dan damai." Ungkap Xeana merentangkan kedua tangannya dan membiarkan surai nya tergerai diterpa angin dingin.
Clarissa tidak mengerti, tapi bukan kah mereka harus kembali sekarang juga. Topi lebarnya masih setia dikepala Clarissa hingga hembusan angin kencang berhasil menerbangkannya. Xeana detik itu juga berbalik dan berjalan mendekat. Wajah sendu nya dan juga meraih kemudian menggenggam tangan Clarissa untuk lebih dekat kepada nya.
Melihat tingkah Xeana, Clarissa semakin dibuat bingung.
"Maaf, maafkan atas semua tindakan ku. Aku benar-benar menyesal. Aku pikir... Aku pikir...." Suara sedih nya seketika pecah dan segera Clarissa beralih menepuk pundak gadis itu. Meskipun secara jiwa mungkin dia lebih dewasa, tapi secara umur di dunia ini Xeana terlihat dewasa dengan mau meminta maaf dan terlihat menyesal dengan semua tindakan nya.
"Aku memaafkan mu. Kita sekarang keluarga. Kau, aku,..."
Clarissa yang tersenyum sembari menepuk pundak Xeana melihat reaksi gadis itu seketika berubah. Dimana raut wajah sedih itu? Kenapa berbalik dengan senyum licik yang terkesan meremehkan. Clarissa tersentak memundurkan badan nya.
"Xea-"
"Diam! Jangan pernah berpikir untuk menyebut nama ku dengan mulut mu itu!" Bentak Xeana yang membuat Clarissa sontak mundur beberapa langkah. Clarissa menatap Xeana penuh tidak percaya. Bagaimana gadis di depannya itu tiba-tiba merubah raut wajahnya.
Plak!
"Dimana letak sopan santun mu itu huh?! Mata cacat mu seharusnya menatap kemana hah?!" Bentak Xeana sekali lagi dengan ditambah sebuah hadiah tamparan keras yang seakan bisa menggema keseluruhan hutan. Clarissa yang menengok kesamping secara terpaksa karena tamparan itu dengan penuh tidak percaya meraih bekas tamparan itu. Ruam merah dapat Clarissa rasakan di pipi nya. Sakit.
Xeana terus mendorong bahu Clarissa dan terus memojokkan nya dan juga membuat Clarissa tanpa sadar sudah berada diujung tebing dengan jurang curam yang terlihat jelas di bawahnya. Satu langkah saja dia akan mati sekali lagi. Bukan kah mati dengan terbakar hidup-hidup sudah cukup menyiksa nya. Sekarang jatuh dari ketinggian seperti ini dapat Clarissa bayangkan jika tubuh rapuh ini pertama akan menabrak dinding jurang dan kemudian kalian tau apa yang akan terjadi.
"Xeana, dengar, kita adalah-" Terang Clarissa mencoba merayu gadis yang temperamental itu dan juga mengetahui jika sosok antagonis dalam cerita novel 'Blue Rose' adalah wanita di depannya.
Wuss...
Clarissa dapat merasakan terpaan angin terus mendorong nya agar tidak jatuh. Tapi berlainan dengan saat ini Xeana terus maju dan menyudutkan nya.
"Hanya ada satu putri Sapphire disini yaitu AKU."
Clarissa yang mendengar itu tentu saja geram sekaligus kesal mendengar pertanyaan Xeana barusan.
"Kenapa? Kesal, iya? Huh, kau tidak merasakan nya dasar boneka jelek." Ejek Xeana yang Clarissa dengar sejak kecil Clarissa sulit melupakan ekspresi nya dan hanya berwajah datar. Tapi tidak untuk kali ini. Clarissa yang Xeana kenal sudah tiada yang sudah digantikan dengan jiwa gadis lain. Clarissa menatap Xeana penuh kebencian. Sorot mata center heterochromia berwarna hijau emerald penuh mengisi mata. Menatap Xeana penuh kebencian yang mendalam dan juga segera bersiap melayangkan pukulan kepada gadis tidak tau apa-apa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Sapphire : merubah takdir kakak antagonis || ✓
Fantasy"Penyesalanku adalah pergi dari rumah hari itu." Kehidupan yang aku ingin hanyalah sebuah khayalan semata. Semua selesai dengan sepercik api. Clarissa Eunika Sapphire. Gadis pemicu karakter antagonis itu berhasil bertahan hidup dan aku yang sudah me...