BAB 31 : HIDUP

5.8K 909 19
                                    

Aku dapat melihatnya. Aku dapat melihatnya semuanya.

"Ed, aku tau ini sulit. Tapi kau harus melakukannya."

Aku terlihat seperti gila.

Orang yang bisa dikatakan mengetahui masa depan ini melihat dirinya sendiri membuat Edam menjadi pembunuh bayaran seperti jalan cerita seharusnya. Bahkan bekerja sama dengan beberapa penguasaan dengan menjual informasi melalui Marquees Cavero. Hingga tiba dimana hari pemburuan itu datang.

Sejujurnya Clarissa tidak terlalu berharap banyak, tapi dia harus mengetahui semuanya secara lengkap. Semua perbuatan Veronica dan Xeana. Dia harus mengetahuinya.

"Bukan kah ini hutan itu."

Clarissa sudah sampai di ingatnya saat acara perjamuan teh saat semua kesatria mulai melakukan perburuan. Saat Clarissa ingat jika Edam selalu memakai sebuah gelang begitu pun juga para kesatria yang lain.

Itu menjelaskan semuanya.

Itu hadiah pemberian nya sebelum acara perburuan dimulai. Jelas saja Edam memakainya selalu.

"Kakak gendong yaa."

Clarissa berganti dapat melihat dirinya mencoba merayu dan menenangkan gadis kecil bernama Alena itu.

"Kakak harum. Alena suka."

Clarissa tersenyum senang melihat gadis kecil itu tidak menangis. Dia terlihat tersenyum senang dalam gendongannya.

"Hanya ada satu putri Sapphire disini yaitu AKU."

Satu dorongan itu seketika dapat Clarissa rasakan. Clarissa mencoba bersabar, tapi Xeana terus membuat batas kesabarannya habis dan tanpa sadar Clarissa sudah di ujung tebing dan terperosok jatuh. Xeana yang melihat itu tentu saja terkejut.

"Tidak, itu bukan aku. Bukan salah. Benar. Itu salah Clarissa. Iya, salahnya sendiri kenapa bisa jatuh."

Xeana berlari menjauh. Meninggalkan tempat dimana dia berpikir Clarissa sudah meninggal. Angin yang berhembus kencang.

Clarissa dapat merasakan tubuhnya ditarik oleh gravitasi. Jatuh dengan epic nya dari ketinggian yang tidak di ketahui tanpa sebuah parasut atau seutas tali.

"Jika ini akhir ku. Setidaknya ini lebih baik dari pada mati terbakar hidup-hidup."

Clarissa memejamkan matanya. Menerima kematian yang beberapa detik lagi dia temui lagi.

Bug! Bag!

Jleb!

Tubuh Clarissa dengan rapuhnya tertabrak dinding tebing dan beberapa ujung batu yang menusuk punggungnya. Darah merembes keluar dari tubuhnya. Dapat dia rasakan tanah dan kerikil yang menyentuh kulitnya. Meninggalkan luka gores yang dapat dia rasakan.

Sakit!

Rasa sakit yang tidak bisa Clarissa jelaskan. Batu runcing yang tadi menusuk punggungnya meninggal lubang yang cukup besar, membuat darah tak berhenti mengalir. Dengan lemasnya Clarissa berusaha bangkit, meskipun terasa sia-sia.

"Apa yang aku pikirkan?"

Clarissa meremas segenggam tanah. Menatap nanar hutan lebat dan lembab di depannya.

"Aku tidak bisa mati disini!"

Takut.

Rasa takut yang begitu kuat akan kematian membayanginya.

"Aku tidak boleh mati! Aku harus membalaskan perbuatan nenek lampir dan bocah tidak tau diri itu!"

Clarissa menyeret tubuhnya sendiri dengan susah payah. Membulatkan tekad yang kuat untuk membuat permintaan gadis kecil itu terkabul. Clarissa yang dulu memintanya agar menyelamatkan kakaknya.

Lady Sapphire : merubah takdir kakak antagonis || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang