Pria asing yang masih setia menggunakan topeng itu tanpa sadar melirik Clarissa, wanita yang belum dia ketahui namanya itu sendari tadi. Bahkan hal yang dia ketahui tidak ada wanita mana pun yang memiliki surai putih keperakan itu. Dia penasaran bagaimana seorang wanita itu tersesat hingga masuk ke bagian terdalam istana kerajaan.
Tanpa Clarissa sadari seutas senyuman terlukis jelas di wajah cantiknya. Sebuah kurva yang meskipun hanya sedikit melengkung itu masih dapat lelaki yang sendari tadi duduk di samping Clarissa dapat terlihat sangat jelas. Senyum tipis yang berhasil membuat gadis itu memiliki daya tarik.
Bahkan dengan hembusan angin yang membuat rambut seakan melambai-lambai ke arahnya dia bisa melihat jelas ekspresi wajah gadis di samping nya berubah seketika. Guratan di dahinya terlihat jelas. Seperti dia sedang asik memikirkan sesuatu.
Karena merasa tidak sopan melirik seorang wanita dia segera menatap langit malam dengan berhiaskan bulan purnama. Langit cerah penuh bintang dan juga bertepatan dengan ricuh pesta yang masih bisa dia dengar hingga taman terdalam istana.
Clarissa yang sendari tadi tidak bisa mendengar isi pikiran pria yang duduk disampingnya membuatnya semakin penasaran. Topeng polos berwarna putih yang sialnya menutupi seluruh wajahnya membuat Clarissa tidak bisa membaca raut wajahnya sekarang.
Tiba-tiba saja pria itu melirik Clarissa. Netra biru Sapphire yang hampir sama seperti milik Cendric, tetapi berwarna lebih gelap. Clarissa tersentak karena kedapatan diam-diam melirik pria yang baru saja dia temui.
"Apa Nona tidak ingin kembali ke pesta?" Tanya pria itu terlihat tersenyum dengan matanya yang terpejam.
Clarissa menatap kedua kakinya. Terlihat tidak baik-baik saja. Bahkan masih berwarna merah karena masih terasa sakit sejak dia berjalan tanpa arah karena tersesat tadi.
"Mungkin nanti."
"Benarkah? Bukan kah sangat sayang melewati pesta topeng itu?" Tanya nya sekali lagi. Clarissa terasa seperti diusir secara perlahan.
"Apa Anda tidak merasa nyaman karena kehadiran saya?" Satu pertanyaan itu lolos dari mulut Clarissa. Bersamaan hembusan angin malam yang menerbangkan rambut mereka berdua. Clarissa dapat melihat matanya yang melebar itu. Apa dia terkejut?
Seketika dia mencoba mengontrol ekspresi nya meskipun tertutup dengan topeng. "Tidak, Anda jangan salah paham Nona. Saya bukan bermaksud mengusir Anda atau merasa tidak nyaman. Saya pikir bukan kah pesta ini hanya di selenggarakan lima tahun sekali dan saya dengar juga jika semua wanita pasti menunggu acara ini." Terang pria asing yang masih belum Clarissa tau namanya itu.
Clarissa masih berpikir. Coba ingat karakter yang memakai topeng polos itu disaat bagian pesta topeng di novel. Surai pirang keemasan yang terlihat bersinar dibawah sinar rembulan dan juga netra biru sapphire yang lebih gelap dari pada milik Cendric. Seingat itu hanya milik putra mahkota yaitu Eric, Sang pemeran utama pria di novel 'Blue Rose'. Seingatnya juga Eric tidak punya saudara juga. Lalu? Siapa dia?
Clarissa benar-benar dibuat pusing setelah dibuat senang setelah melihat dansa kedua pemeran utama tadi.
"Kalau begitu saya bukan wanita yang Anda tadi bicarakan. Saya tidak pernah menunggu pesta ini."
"Anda wanita yang unik, Nona."
Clarissa tidak tau apa itu pujian atau malah sebaliknya. Tapi setidaknya hal yang dia yakini jika itu adalah pujian untuk saat ini.
"Benarkah? Anda juga pria yang sangat unik juga Tuan. Disaat semua orang bersenang-senang di pesta Anda malah berada disini." Ucap Clarissa mulai merasa nyaman meskipun dengan obrolan yang masih terdengar canggung ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Sapphire : merubah takdir kakak antagonis || ✓
Fantasía"Penyesalanku adalah pergi dari rumah hari itu." Kehidupan yang aku ingin hanyalah sebuah khayalan semata. Semua selesai dengan sepercik api. Clarissa Eunika Sapphire. Gadis pemicu karakter antagonis itu berhasil bertahan hidup dan aku yang sudah me...