BAB 3 : DUKE SAPPHIRE

16.3K 2.2K 78
                                    

Clarissa yang masih memejamkan mata dapat melihat Xeana. Gadis yang sudah hampir memasuki usia kedewasaan itu berdiri di depan Clarissa dengan gagah. Clarissa tidak ingin membuang waktunya percuma. Setiap hal yang dia lihat dari luar kamar. Kenangan Clarissa semakin kuat.

"Dia masih tetap buta seperti biasanya. Bagaimana bisa kau melihat hah?! Semua orang mengada-ngada." Ucap Xeana mendekat dan menarik dagu Clarissa untuk menatapnya. Melihat wajah gadis kurus kering dan kucel itu nampak semakin membaik hari demi hari. Bahkan surai putih keperakan miliknya terasa semakin bersinar.

Xeana yang melihatnya kesal dan melempar wajah Clarissa kesamping cukup keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xeana yang melihatnya kesal dan melempar wajah Clarissa kesamping cukup keras. Clarissa yang tidak tahan dengan sendari tadi hanya memejamkan mata melirik Xeana dari ekor matanya. Netra khas keturunan Sapphire itu bersinar ber-iringan tatapan dingin yang Clarissa tunjukkan tanpa sengaja.

"Ka-kau!" Geram Xeana yang sempat takut kini beralih menarik surai putih keperakan Clarissa.

"Berani sekali kau menatap ku seperti itu!" Pekik Xeana yang sifatnya masih seperti anak kecil menarik rambut Clarissa keras hingga beberapa helai rambut tercabut dan berada di tangan Xeana. Kini rambutnya terlihat berantakan. Penampilan yang Xeana inginkan akhir dapat dia lihat. Tapi, dimana Clarissa yang memberontak dan juga berteriak itu? Apa dia sekarang sudah mulai bosan dan berpikir itu sudah berguna lagi karena pengurus masion sekarang adalah ibunya.

Dapat Xeana lihat setetes air mata meluncur melewati pipi Clarissa. Penampilan berantakannya dengan surai putih keperakan nya yang menutupi sebagian wajahnya. Xeana tersenyum senang. Xeana menarik kasar dagu Clarissa. Memaksa gadis itu untuk menatapnya yang malah memberi pejaman matanya.

"Cih! Lain kali bersikap lah menjadi gadis penurut." Ujar Xeana membuang wajah Clarissa begitu saja dan berjalan menabrak bahu Emma cukup keras dengan sengaja.

"Bau orang desa." Ucap Xeana yang menyindir Emma yang memang berasal dari desa. Emma membungkuk diam tidak bisa membantu Clarissa. Emma yang melihat Nona nya terlihat sangat syok segera mendorongnya ke kamar dan membaringkan nya. Hari ini lebih baik dari yang kemarin. Xeana tidak melakukan serangan fisik kepada Clarissa untungnya.

"Maafkan saya Nona. Karna saya Anda mendapatkan teguran dari Nona Xeana. Sebaiknya Anda segera kembali beristirahat." Ucap Emma lembut menarik selimut Clarissa hingga batas leher. Berharap gadis berusia sepuluh tahun itu tidak mengingatnya. Sudah terlalu banyak kenangan buruk yang dia dapatnya semasa hidupnya.

Clarissa memunggungi Emma. Menatap balkon nya yang sudah Emma tutup. Cahaya matahari masih bisa masuk ke dalam kamarnya.

"Saya ada diluar. Jika Anda memerlukan sesuatu tolong panggil saya." Ujar Emma undur diri menutup pintu kamar Clarissa dan menunggu nya di depan pintu. Duduk sembari menahan kantuk dan rasa bersalah nya.

Mendengar pintu yang sudah ditutup Clarissa segera menghapus air matanya. Cukup sulit mempertahankan ekspresi sedihnya saat melihat kakak tirinya itu. Setidaknya aktingnya menjadi gadis tidak berdaya bisa meyakinkannya.

Lady Sapphire : merubah takdir kakak antagonis || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang