6 : Malam ini, hujan turun

244 31 1
                                    

Sejak tadi sore, langit sudah terlihat mendung dan suasana pun terasa dingin. sudah dapat dipastikan bahwa hujan akan turun malam hari ini.

Dan ternyata benar saja. saat jam sudah menunjukan pukul 22.00 malam, hujan turun membasahi kota. dingin menerpa kulit ketiga bersaudara yang sedang berkumpul di ruang keluarga sekarang ini.

"Gue ngantuk, tapi gabisa tidur..." Keluh Mika sambil menuangkan susu coklat pada gelasnya.

"Coba paksain. kalau matanya udah capek dan ngantuk, merem beberapa menit aja pasti udah langsung tidur." Kata Saka.

"Sok tau lo, bang. daritadi gue udah coba merem tetep aja gak bisa tidur." Mika berucap sambil memegang cangkir nya yang hangat karena sudah diisi oleh susu coklat panas.

"Pengalaman aneh sih itu, Mik. soalnya gue setiap ngantuk ya udah langsung tidur aja. gak ada tuh yang namanya ngantuk tapi gabisa tidur. jangan jangan lo lagi di pelet orang, makanya susah tidur." Ucap Saka sembarangan.

"Ngaco banget njir. mana ada gue di pelet." Kesal Mika.

Taha menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar percakapan absurd dari kedua kakaknya. sejujurnya Taha juga sama dengan Mika, ia sudah mengantuk berat sekarang, tetapi tidak bisa tidur tanpa alasan yang jelas.

"Dingin banget... ada yang mau ngambilin selimut gak?" Pinta Taha dengan tatapan memohon pada kedua kakaknya.

"Mageran banget lo. ya ambil sendiri lah." Cibir Mika.

"Bantuin kek. gak guna banget jadi kakak." Kesal Taha pada yang lebih tua satu tahun darinya.

"Bentar ya, gue ambilin. sekalian mau ke kamar mandi." Saka bangkit dari duduknya, kemudian pergi ke kamar untuk mengambil selimut hangat agar adik bungsu nya tidak lagi kedinginan.

Taha tersenyum, "Makasih, bang!" pekiknya.

"Oh iya, Ta..." Mika menepuk pundak Taha secara tiba-tiba, ia ingin menanyakan sesuatu pada adiknya.

"Apa?" Jawab Taha seadanya.

"Eum... soal di kantin tadi... kenapa lo gak ngebiarin gue jujur sama bang Saka tentang balap? kenapa lo malah bohong dan nunda gue buat jujur?" Tanya Mika dengan suara pelan.

Taha menghela nafasnya, "Katanya lo dicelakain?"

"Hah?"

"Kemarin lo bilang kalau motor lo yang tadinya baik-baik aja tiba-tiba rem nya blong. dan gak mungkin rem lo tiba-tiba rusak gitu kalau sebelumnya baik-baik aja. gue yakin ada dalang nya... dan gue gak bakal ngasih tau ke bang Saka sebelum lo nemuin siapa pelaku nya. gini-gini juga gue mau jagain lo, kak. gue gak akan mau maafin orang yang udah nyakitin lo gini." Kata Taha sambil menatap serius manik mata milik Mika.

"Taha... nggak usah. gak perlu. gue gak minta lo buat lakuin ini, ini bukan tugas lo. yang harusnya jagain gue tuh diri gue sendiri, bukan lo."

"Lo sama bang Saka mati-matian berusaha untuk jagain gue, apa lo pikir gue juga gak punya kemauan buat jagain kalian? gue merasa berat setiap kali ngeliat kalian ngorbanin segalanya demi gue, kak.. gue merasa bersalah dan nggak tau harus balas kebaikan kalian pakai cara apa. sekarang, selagi bisa... kenapa nggak gue coba aja buat jagain lo gini?"

"Gue gak mau, Taha. gue gak suka liat lo ikut campur sama masalah gue gini. lo gak tau seberapa keras nya circle gue yang kayak bangsat, dan lo gak boleh tau. gue cuman mau lo diem di tempat tanpa masuk ke masalah gue. gue gak mau lo kenapa-napa cuman karena berusaha buat jagain gue, Ta." Ucap Mika dengan mimik yang terlihat serius.

"Tapi gue mau. kalau gue bisa bantu lo buat keluar dari masalah, kenapa engga?"

"Gak. gue gak minta bantuan dari lo." Mika berucap dengan penuh penekanan.

Bernyawa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang