31 : Semesta terlalu jahat untuk ini

163 20 0
                                    

⚠️ some sensitive content, please skip if you feel uncomfortable about mental health problem.
please be a nice reader, ok  :((












































































































"Lo pacaran sama angin? Yudisa nya mana?"

Saka berucap sambil menghampiri Mika yang terlihat sedang terdiam di depan gerbang sekolah sambil melamun kearah jalanan.

Mika menatap terkejut kearah Saka, kemudian berdecak sebal.

"Ck, berisik banget jomblo. Kok cepet banget sih latihannya? Lu jawab soal nya ngasal yak Bang?" Ujar Mika.

"Enak aja, gue gak ngasal ya. Gue ngerjain dengan sepenuh hati tau." Saka.

"Gak juga deh kayaknya, Bang. Gue sama Kael ngobrol bentar aja lo udah beres ngerjain." Timpal Taha.

"Lagian, cuman sepuluh soal kok. Easy lah." Pamer Saka dengan wajah sombongnya.

"Yaelah ngegampangin banget ya lo. Tapi gapapa deh, semoga hasilnya nanti bagus ya Bang!" Ucap Mika sambil tersenyum manis.

Taha juga ikut setuju akan ucapan Mika. "Iyaa, semoga hasilnya bagus deh!" Ujarnya.

Saka membalas senyuman kedua adiknya, kemudian merangkul keduanya di tengah tengah.

"Gue mau jalan deh hari ini. Ada tempat yang mau kalian berdua datengin nggak? Kayak perpus kota gitu?" Saka.

"Perpus kota? Hahaha... Bang, lo kalau mau ngomong gitu, liat dulu lo ngomong gitunya ke siapa. Bisaan juga lo ngajakin kita ke perpus kota?" Mika.

"Emang kenapa sih? Emangnya nggak mau gitu, lo berdua sekali kali baca buku?" Tanya Saka.

Mika dan Taha, keduanya menggeleng secara bersamaan.

Saka menghela nafasnya. "Dosa apa gue punya adik kayak kalian berdua gini?"

"Apa ya dosa lo? Banyak deh, gak bisa dihitung pake jari." Canda Taha.

"Serius ih, lo berdua... apa gak pengen jalan kemana gitu?" Saka.

Mika menggeleng. "Enggak deh Bang, gue lagi pengen istirahat aja... pusing nih anjir, habis kena headshot sama Yudisa."

"Hah? Yudisa kenapa emang?" Tanya Saka.

"Udah punya pacar..." Jawab Mika masam.

Taha tertawa. "Haha! Tuhkan anjir, siapa suruh nunda nunda mau nembak. Emangnya enak keduluan sama orang lain?"

"Bacot lo bocah, lo itu gak diajak." Sinis Mika pada si bungsu.

Saka juga ikut tertawa pelan. "Lagian lo ya Mika... udah ngasih harapan nggak ngasih kepastian, ya mana tahan Yudisa nya sama lo?"

"Ih udah ah, Bang... capek gue kalau sama kalian, selalu dipojokin." Mika berucap sambil memanyunkan bibirnya.

"Hahaha, haduh, dasar Mika. Udah deh, ayo pulang!" Ajak Saka sambil melepaskan rangkulan pada kedua adiknya.

Mika dan Taha mengangguk.

Kemudian, mereka bertiga berjalan pergi keluar dari sekolah.

_____

Saka, Mika, dan Taha sampai pada rumah. Namun ketiganya merasa heran saat melihat gerbang yang terbuka.

"Ada tamu?" Tanya Mika pelan.

Bernyawa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang