41 : Mika dan Ersya

173 12 2
                                    

"Lo gak mau spill apa yang lo sama Ersya omongin ke gue?"

Mika bertanya, pada Taha yang ada di hadapannya sekarang. Tepatnya, di kamar tamu rumah Kina. Omong omong, Jaka juga ikut kesana untuk mengantarkan mereka tadi.

"Ya tunggu Bang Saka bangun dulu sih, Kak." Jawab Taha.

"Gak bisa bilang duluan ke gue? Gue kaget loh, Ta, gak habis pikir kalau dia sampe berani ngelukain lo kayak gitu. Dia emang temen gue, tapi lo lebih penting, jadi gue harus tau lo diapain sama dia." Mika.

"Ya emang gue lebih penting kan? Dari awal juga gitu."

"Anjim loe. Gausah overpede tapi, lo gak sepenting Bang Saka soalnya."

"Tai lo." Balas Taha sinis.

"Lo dilukainnya pake apa?" Tanya Mika lagi.

"Silet."

"Gila anjir???" Mika cukup tidak percaya sejujurnya.

"Emang gila! makanya lo kalo mau temenan tuh pilih pilihh! Liat dulu latar belakang mereka sebelum bener bener percayaa!" Pekik Taha, ia benar benar kesal sendiri dengan Mika.

"Ya tapi kan... Ersya tuh baik banget sama gue. Dia selalu ngertiin omongan gue, dan dia juga soft.. gue gak paham apa alasan dia jadi kayak gini..." Mika.

"Itu karena lo terlalu percaya sama orang. Emang sebaik apa sih dia?"

"Susah dijelasin, pokoknya dia baik.. tapi anjirlah, masa iya dia juga yang ngunciin gue di kelas?" Mika.

"Terus siapa lagi yang bakal ngunciin lo di kelas, Kak Mikaa? udah deh gak usah denial. Lo lebih percaya sama dia apa gue?"

"Gue lebih percaya sama Bang Saka!"

"Terserah deh." Taha kesal, jadi ia berdiri dari duduknya dan pergi keluar dari kamar.

"Pundungan banget, dasar bocah cilik." Ujar Mika.

___

Ersya meneguk air mineral dingin yang baru saja ia keluarkan dari kulkas.

Tiba tiba, ia jadi teringat oleh Saka, Mika, dan Taha yang sudah ia lukai tadi. Luka yang paling dalam, tentu saja pada tulisan yang ia tulis di meja Mika dan Taha, dan juga di loker Saka.

Ersya melakukan ini bukan karena kemauannya, tapi karena keinginan dari ibundanya, Rani.

Ia benar benar dipaksa, sehingga mau tidak mau, Ersya melakukannya demi memenuhi keinginan Rani.

"Gimana, udah kamu lakuin di sekolah tadi?" Tanya Rani sambil menatap kearah putranya.

Ersya mengangguk. "Udah, Mah.. tapi, emangnya buat apa ya Ersya ngelakuin itu? Ersya jadi merasa bersalah..."

"Merasa bersalah? Justru kamu itu bagus, loh. Kamu udah bikin mamah bangga sekarang." Ujar Rani.

"Kenapa mamah bangga? Ersya kan udah nyakitin anak orang lain, mah.."

"Mereka pantas kamu perlakukan seperti itu, Sya. Udah, jangan khawatir ya? Makasih udah bantuin mamah hari ini, besok.. tolong lakuin hal yang sama kalau mereka masih ada."

Dengan berat, Ersya mengangguk.

"Anak baik." Ucap Rani sambil tersenyum pada putranya.

Bukan ini yang Ersya mau. Ersya sadar, bahwa apa yang sudah ia lakukan pada Saka Mika dan Taha adalah kejahatan.

___

Bernyawa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang