13 : Parents

164 25 0
                                    

⚠️ contains some sensitive words.






































































Hari ini adalah hari Senin. weekend telah berakhir, dan semua terasa sangat singkat. satu minggu terasa begitu cepat berlalu.

Kini, Saka dan Taha berangkat pergi ke sekolah hanya berdua. Mika masih berada di rumah sakit, ia butuh perawatan total hingga lengan sebelah kanannya yang patah sembuh. dokter bilang fisik Mika sangatlah kuat, mungkin dalam beberapa hari lagi ia sudah bisa pulang ke rumah walau belum dapat beraktivitas banyak.

Setelah sampai di sekolah, Saka dan Taha berjalan masuk kedalam. tanpa membuka suara, keduanya berjalan di lorong dengan keheningan.

Sampai di tengah lorong, Saka berucap.

"Pisah disini ya, kelas gue kan diatas." Ucap Saka.

Taha mengangguk. "Iya, bang." jawabnya secara canggung.

Saka melambaikan tangannya pada Taha sebelum akhirnya pergi menaiki tangga untuk memasuki kelasnya.

Sedangkan Taha tetap lanjut berjalan di lorong untuk pergi ke kelasnya yang berada di lantai itu.

Sesampainya di kelas, Taha memilih untuk langsung duduk di bangkunya, kemudian segera menaruh tas di tempatnya.

"Taha!" Sean langsung berteriak saat melihat keberadaan sahabatnya itu.

Taha menoleh dengan terkejut. "Hah... apasih Se, masih pagi gila. gausah teriak-teriak."

"M-maaf." Sean duduk di sebelah Taha secara tergesa, kemudian langsung menatap khawatir kearahnya. "Kemarin Kak Mika kecelakaan?" Tanya Sean dengan suara pelan.

"Ah, iya... tapi, lukanya nggak separah itu. untungnya juga, kepala Kak Mika gak kebentur terlalu keras." Taha.

"Terus pelakunya gimana? apa udah ketangkep?" Sean bertanya lagi.

"Ehm... belum. kita masih nyari pelakunya, jadi mungkin masih butuh proses. tapi tenang aja, Kak Mika pasti bakal dapet keadilan."

"Bangsat banget sih yang nabrak? mana gatau diri banget langsung kabur habis nabrak orang? itu mata dipake buat apasih sebenernya? buat maksiat doang, kan? mending sumbangin matanya aja deh daripada nggak dipakai baik-baik." Omel Sean entah pada siapa.

Taha terkekeh mendengarnya. "Lo ngomong sama siapa? orangnya aja nggak mungkin ada disini."

"Ya gue kesel banget lah, Ta! gue masih inget ya, dulu waktu pertama kali mampir ke rumah lo, gue bener-bener dimanja sama Kak Mika. dikasih ini itu, dipesenin makanan, diajakin main sampai tremor. pokoknya Kak Mika tuh baik banget, deh. udah gitu, orangnya asik pula. gue gak ngerti kenapa masih ada orang yang nggak suka sama orang sebaik Kak Mika." Sean.

"Se, pertama kali Kak Mika ditabrak aja respon gue gak seheboh itu, loh? kayaknya yang cocok jadi adiknya Kak Mika lo, deh." Canda Taha sambil tertawa pelan.

"Yaudah Kak Mika buat gue aja. asem juga di rumah cuman punya teteh bawel, bukan kakak pengertian kayak Kak Mika..." Ucap Sean sambil cemberut.

"Idih? lo belum tau aja gimana susahnya jadi adik Kak Mika. kata gue mah jangan deh, ntar nyesel." Taha.

"Nggak bersyukur amat lo dikasih kakak sebaik itu?!" Pekik Sean.

Taha kembali tertawa kecil karena Sean. astaga sahabatnya yang satu ini, selalu saja dapat mengembalikan suasana hatinya yang sedang tidak terlalu baik.

Bernyawa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang