37 : Trigger

144 14 0
                                    

Ayah membawa ketiga anaknya pergi di mobil tanpa tujuan, dengan keadaan yang masih canggung.

Ayah yakin, tante Rani tidak akan tahu tujuan mereka ke mana, karena ayah sendiri saja tidak tahu akan membawa anak anaknya kemana.

Sampai tiba tiba saja, ponsel miliknya berdering menandakan panggilan masuk dari tante Rani.

"Ck..." Ayah berdecak, kemudian berucap kepada anak anaknya, "Saka, Mika, Taha, jangan buat suara dulu ya... ini tante Rani nelepon ayah.."

Ketiga putra ayah mengangguk sambil menutup mulut masing masing, mereka benar benar menurut.

"Halo, mas. kamu jangan lupa ya, kalau di mobil kamu ada pelacak yang aku taruh. kamu gak akan tau di mana aku taruh pelacak itu, jadi aku bisa tau keberadaan kamu di manapun. that's all, makasih Mas."

Telepon dimatikan sebelah pihak tanpa ayah sempat membalas ucapan Rani.

Ayah menghela nafas. beliau akhirnya meminggirkan mobil dan berhenti.

"Saka, Mika, Taha...." Ucap ayah dengan suara pelannya.

"Iya, Yah?" Jawab Saka.

"Sebentar..." Ayah mengeluarkan dompet tebal miliknya, kemudian langsung menyerahkannya begitu saja pada tangan Saka.

"Ini buat apa, Yah? kebanyakan..." Ujar Saka bingung.

"Buat kalian. kalian turun di sini, ya? Maaf ayah gak bisa bantu kalian, tapi Rani punya pelacak di mobil ini, dan kalau dia tau kalian masih baik baik aja, ayah takut kalian bakal betulan kenapa napa nanti... turun sekarang ya, sekali lagi maafin ayah." Ucapnya.

"Ayah, makasih untuk hari ini..." Ujar Taha.

Ayah tersenyum tipis. "Sama-sama, Taha..."

"Ekhm, makasih Yah. Mika tau apa yang ayah lakuin sekarang ini karena ayah sayang sama kita, tapi satu hal yang masih mengganjal, ayah masih belum menyerahkan diri atas kejadian tewasnya bunda...." Ujar Mika, sedikit ragu ia berucap begitu.

"Secepat mungkin bakal ayah lakuin hal itu, Mik. ayah janji nggak bakal mengecewakan kalian lagi..." Ayah.

Hening setelahnya, sampai akhirnya Saka membuka suara lagi.

"Kita turun ya, Yah... sekali lagi, makasih, hati hati di jalan." Saka membuka pintu mobil, yang disusul juga oleh kedua adiknya.

Segera setelah mereka turun, ayah langsung menghela nafasnya, dan bersiap untuk tancap gas lagi.

Saka menatap khawatir kearah kearah kedua adiknya yang terlihat cemas akan sesuatu.

"Gapapa, ya? sekarang kita ke rumah Kak Kina aja, jangan mikirin hal yang berat dulu.." Ujar Saka.

Mika menghela nafasnya. "Iya, Bang, gapapa kok. ayo, kita ke rumah Kak Kina naik apa?"

"Minta jemput ke Kak Kina nya aja? kalau sekiranya, gak merepotkan.." Ucap Taha.

"Mending—





















brughhkkkhhh!!!!

Bagai dunia terhenti, semuanya langsung terdiam saat menyaksikan kejadian tepat di hadapan mereka.

Mobil yang baru saja ayah kendarai, tertabrak oleh mobil besar di belakangnya.

Saka, Mika, dan Taha, ketiganya menatap tidak percaya apa yang baru saja mereka lihat. Mereka membeku, tanpa dapat bergerak sedikitpun.

Bernyawa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang