22 : Akhirnya, Perdamaian selesai

194 21 5
                                    

Taha terbangun pagi ini dengan cukup segar. pusing yang ia rasakan kemarin sudah mulai hilang, jadi Taha tersenyum sambil meyakinkan diri bahwa ia telah sembuh hari ini.

Segera setelah bangun, Taha langsung mencuci mukanya dan keluar dari kamar untuk segera sarapan bersama Saka.

Tetapi saat keluar kamar dan melihat kearah dapur, ia tidak melihat ada tanda-tanda Saka sama sekali disana.

Taha memanyunkan bibirnya. ia pun bergegas datang memasuki kamar Saka secara perlahan, untuk membangunkan si sulung yang harus sekolah hari ini.

"Bang Saka..." Taha berucap pelan sambil mengguncang bahu milik Saka.

Saka mengerang sedikit. matanya perlahan terbuka. "Hmmm..."

"Sekolah, yuk?" Ucap Taha sambil tersenyum tipis. sama seperti apa yang selalu Saka lakukan saat membangunkan kedua adik-adiknya.

Saka loading sebentar sebelum akhirnya ia benar-benar terbangun dari tidurnya.

"Semalem lo pulang jam berapa, deh? kayaknya malem banget ya... muka lo keliatan ngantuk banget sekarang." Kata Taha.

Saka menatap kearah si bungsu, kemudian tersenyum. "Enggak semalem itu, kok. oh iya... tumben lo bangun jam segini? udah sembuh emangnya?" Saka bertanya sambil memegang dahi milik Taha, mengecek suhu tubuh adik kecilnya.

Taha terkekeh, kemudian menepis tangan Saka dari dahinya. "Gue beneran udah gapapa, Bang. udah, ayo bangun. gue ogah ya kalau kesiangan kayak waktu itu lagi dan harus disuruh bersihin toilet."

Saka mengangguk pelan, sebelum akhirnya beranjak dari kasur untuk segera bersiap-siap berangkat sekolah.

Taha keluar dari kamar Saka sementara si sulung bersiap-siap.

Saat Taha keluar kamar, ia melihat ada Mika yang sedang sibuk dengan jaket yang sulit ia pakai.

Melihat hal itu, Taha langsung menghampiri kakaknya.

"Jangan sok ngide, bego. kayak bisa aja lo make jaket sendirian kalau tangannya kayak gitu?" Taha membantu Mika untuk segera memakai jaketnya.

"Dih... gapapa kok. ini juga udah mau sembuh. besok udah boleh dilepas kayaknya." Kata Mika.

"Cih. lagian mau pergi kemana lo pagi pagi gini? tumben." Kata si bungsu.

"Pergi bareng Kak Kina, lah. ngapain lagi?" Mika.

"Oh, kirain mau pacaran." Taha.

"Dih? hahahaha apaan sih. udah tau gue paling anti sama pacar pacaran. kok lu bisa tiba tiba mikir kayak gitu deh?" Mika.

"Gak tau sih... kemarin gue keinget Yudisa. yang sampai sekarang masih aja lo gantungin kayak jemuran." Taha.

Mika tersenyum tipis. "Dia tipe gue banget, sih. sejujurnya gue percaya sama dia, tapi emang masih susah buat pacaran lagi... gatau deh, masih belum bisa percaya seutuhnya aja." Mika.

Taha mengangguk setelah beres memakaikan jaket pada Mika.

"Gak usah buru-buru kok, Kak. tapi... kalau lo gak ngasih kepastian, parah sih. soalnya, dia kayak beneran suka sama lo." Taha.

"Jangan sok tau. bocah tau apa." Canda Mika sambil mencubit hidung milik si bungsu.

"Bocah kata lo?!" Pekik Taha sebal.

Mika terkekeh setelahnya, kemudian berucap. "Udah sana siap siap. lo mau sekolah, kan?"

Taha mengangguk, ia kemudian berjalan beberapa kotak lantai dari Mika sebelum Mika kembali membuat Taha menoleh kebelakang.

Bernyawa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang