15 : Berdebat soal ayah

163 23 1
                                    

Taha terdiam di tempat tanpa mau bergerak sedikitpun. ia terkejut, bahkan syok saat melihat ayahnya ada di hadapannya tadi.

"Ta, duduk." Mika berucap pada adiknya.

Taha menatap kearah Mika. wajahnya dipenuhi tanda tanya, ia benar-benar membutuhkan alasan mengapa ayahnya ada disini tadi.

"Kak, lo yang ngundang ayah kesini?" Tanya Taha pada Mika.

Mika menghela napasnya. "Hem, iya... lagian, lo gak perlu tau. ini masalah pribadi gue sama ayah dan gak ada hubungannya sama lo, jadi-

"Enteng banget lo ngomong? lo kira ayah siapanya gue? ayah itu orang tua gue, Kak! gimana bisa ayah gak ada hubungannya sama gue?" Ucap Taha bertubi.

"Lo gila? masih mau nganggep orang kayak dia sebagai ayah?" Mika.

"Dari awal juga gue gak percaya sama omongan lo, Kak. jadi apapun alasannya, gua bakal tetep anggap ayah sebagai orang tua kita." Taha.

"Terserah. gue udah gak peduli lagi sama opini lo. mau lo sama Bang Saka gila-gilaan ngasih belaan buat ayah juga gue gak peduli. sampai kapanpun gue gak akan maafin orang itu." Mika.

Saat Taha hendak mengucapkan suatu kalimat lagi, Saka dan ayah datang dan membuka pintu ruang rawat.

Suasana hening seketika. tidak ada yang dapat membuka suara sekalipun itu adalah Saka yang biasanya selalu mencairkan suasana hening.

Tatapan Mika masih mengarah kepada ayah. wajahnya menandakan kebencian, dan sorot matanya menunjukan kekesalan yang mendalam.

"Ayah, ayah peduli kan sama Kak Mika? ayah sayang kan sama Kak Mika? ayah kesini karena ayah mau bantuin Kak Mika, kan? Taha percaya sama ayah, ayah orang baik, kan." Taha berucap bertubi pada ayah sambil mendekat kearah beliau.

Hati ayah sakit. ia tidak sanggup mendengar ucapan Taha yang terdengar seolah ia ragu untuk mempercayai beliau.

"Iya, sayang. ayah bakal bantuin Mika. dan ayah sayang sama kalian semua." Ujar ayah sambil mengusap halus surai milik Taha.

Mata Taha berkaca. ini adalah pertama kalinya sejak tiga tahun terakhir. kepalanya disentuh, rambutnya diusap secara halus oleh ayah. Taha sudah memimpikan hal ini sejak lama, dan akhirnya terwujud.

Namun kebahagiaan Taha runtuh seketika karena ucapan Mika.

"Lo pergi keluar dari sini sekarang juga. gue udah gak butuh bantuan dari lo lagi." Ucap Mika. dan ia mengucapkan hal itu pada ayah.

Ayah menatap terkejut kearah Mika. namun beliau tau, sekarang bukan waktu yang baik untuk Mika. Mika sedang mempunyai banyak masalah, jadi ayah paham bila emosi Mika tidak dapat diatur sekarang.

Sambil tersenyum tipis, ayah berjalan kebelakang, kearah pintu keluar ruangan.

"Kina, saya titip anak-anak saya, ya. saya percaya sama kamu, tolong jaga mereka sebaik-baiknya." Ucap ayah sambil berucap pada Kina.

"Pak... jadi soal kasus ini gimana?" Kina bertanya dengan mimiknya yang terlihat cukup serius.

"Tenang aja. semua bakal berjalan dengan baik, kok. saya percaya sama dunia hukum. hukum disini gak mungkin selemah itu, kan?" Ayah.

"Tapi, pak..." Ucapan Kina berhenti di ujung bibir.

"Saya pamit ya. terimakasih untuk hari ini, Kina." Setelah berucap seperti ini, ayah berjalan keluar ruangan, disusul oleh pegawainya dari belakang. Kina juga ikut menyusul, untuk mengantar beliau sampai ke lobi.

Di ruang rawat, emosi Mika perlahan mulai mereda setelah ayahnya pergi meninggalkan ruangan.

"Mika... sini deh, gue mau ngomong sama lo." Saka mendekat kearah Mika dengan langkah pelannya.

Bernyawa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang