My Hijab Sakura 34

436 63 2
                                    

Kisah Tak Tertebak

Pov Nadif.


~~~

"Aku hanya mau Jauza Madia Alsinta yang dulu."
Sepertinya kalimat yang terucap malam itu tidak dianggap bermakna bagi Jauza. Aku menginginkannya yang dulu, wanita yang tidak putus asa menunggu lelaki sepertiku pulang untuk melamarnya. Namun, nyatanya hari ini adalah persidangan perdana perceraian kami.

Dunia terasa kalut, meski keputusannya pun bukanlah hal yang mudah.
Ketika menandatangani surat gugatan cerai Jauza, rasanya dunia runtuh saat itu juga. Yang lebih menyakitkan, aku harus tetap menikahi Dea. Mana mungkin aku dapat bertahan dengan Dea sedangkan yang satunya tidak dapat dipertahankan. Jika aku tidak dapat menggapai wanita yang kucintai, maka siapa pun tidak boleh ada yang meraihku.

"Silakan dinikmati hidangannya." Suara pelayan restoran menyadarkan lamunanku. Sejak tadi aku terus saja menatap wanita di depanku. Jauza meminta makan berdua sebelum persidangan saat itu, dan kini aku mengabulkannya. Bahkan dia menemuiku lebih awal sebelum persidangan, sedangkan mamanya dan Akbar akan menyusul nanti setelah mendapat panggilan sidang.

"Kamu enggak pesen yang lain, contoh yang hangat-hangat?" tanyaku ketika melihat ada salad buah yang dipesan Jauza.

"Enggak. Aku lagi pengen makan yang seger." Dia menjawab seraya melahap makanan di depannya.

Wajahnya lebih pucat dari biasanya, apa dia sakit? Apa Jauza merasakan hal yang sama sepertiku, mengalami asam lambung naik karena stres. Kalau begitu dia tidak boleh makan-makanan yang asam bukan?

Aku menarik mangkuk berisi buah-buahan, lalu berucap, "Makan yang lain, jangan makan yang asam-asam."

Jauza menggeleng. "Aku cuma mau ini."

"Enggak!" tegasku lalu menyodorkan bubur kacang merah yang aku pesan.

"Ini punya kamu, aku mau salad aja." Jauza bersikukuh mengambil saladnya, tetapi aku tetap melarangnya.

Akhirnya, Jauza menyerah dan menarik mangkuk bubur. Awalnya wanita cantik itu mencium aroma bubur, lalu sedikit menyendok dan menyuapnya sedikit.
Detik kemudian, Jauza menahan muntah, dia menutup mulut dan berusaha lari ke toilet.

"Astagfirullah, Jauza. Ini pasti karena dia kena mag." Aku menggerutu dan segera menyusulnya. Terdengar suara orang muntah-muntah, apa itu Jauza? Sayangnya tidak dapat masuk ke sana. Kutunggu dia di depan perbatasan toilet pria dan wanita, tetapi dia tidak kunjung keluar.

"Tolong! Ada yang pingsan!" Teriakan itu terdengar dari toilet wanita.

Kekhawatiran sudah memuncak, aku langsung masuk ke toilet dan menemukan Jauza sudah dikerubungi beberapa wanita.

"Jauza! Bangun, Za!" Aky menepuk pipinya pelan, tetapi Jauza belum bangun juga. Aku langsung membopong dan membawanya ke mobil untuk ke klinik dibantu beberapa wanita yang membawakan tasnya ke mobil. Ada kemungkinan mag-nya kambuh, ini pasti karena dia sudah menelan beberapa buah yang cukup asam.

"Makasih, Bu." Aku langsung menancap gas sembari mengawasi Jauza yang masih pingsan di kursi belakang.

"Mas ...." Suara Jauza membuatku menoleh.

"Tenang, Za. Kita udah sampai di klinik."

Sampai di klinik, Jauza sudah sadarkan diri, dia begitu lemas dan pucat sekali. Aku kembali membopongnya karena dia masih begitu lemah.

"Dok!" Setelah berseru, beberapa perawat langsung mendorong brankar. "Tolong periksa istri saya, dia sempat pingsan tadi."

Jauza pun langsung dibawa ke ruangan, seorang Dokter berlari ke ruangan Jauza guna menolongnya.

My Hijab Sakura | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang