Tertuang Luka
"Bukan maksud menyakiti, tetapi takdir membawa jalan untuk demikian pada hati."
~~~
Aku mengusap keringat yang membasahi kening, setelah berlari mengejar waktu yang sedang memburu. Orang yang sedang menungguku di taman berkali-kali menelepon, memintaku untuk segera datang.
Saat sampai di sana, senyum itu menyambut kedatanganku. Tidak sadar bibir ini juga ikut terangkat.
"Emang enggak ada kendaraan pakai lari segala? Tau gitu gue jemput tadi." Omelan itu membuat senyuman kecut terukir di wajahku.
"Maaf udah buat Kak Malvin menunggu," kataku sedikit gemetar karena lelah berlari.
"Santai, Za. Lari sama gue juga boleh," gombalnya dengan kekehan jail.
Sudah beberapa bulan ini pemuda itu membantuku mencari tahu kabar Mas Nadif, setelah sebelumnya bertemu beberapa kali. Ia senantiasa menyisihkan waktunya untuk membantu, contohnya saat mencari Marwah di rumah omnya, sayangnya nihil. Namun, kini kami sengaja bertemu karena mendapat informasi tentang nama perusahaan tempat magang Mas Nadif. Tentu itu adalah kabar bagus, karena kami akan segera bisa menghubungi laki-laki menyebalkan itu. Laki-laki yang sudah membuatku menunggu berbulan-bulan.
Aku sangat khawatir jika Mas Nadif tidak menepati janjinya. Bahkan Kak Malvin dan Kak Yoga sempat menanyakan kenapa aku mencari sahabat mereka itu, jawaban yang selalu kuberikan adalah karena membutuhkannya.
"Gue rasa sebentar lagi kita bakal dapet informasi tentang Nadif. Enggak susah, 'kan, buat minta informasi tentang karyawan perusahaan minyak itu?" celetuk Kak Malvin lalu kuangguki.
Dia sedang sibuk mengotak-atik laptopnya di kursi taman untuk mencari tahu informasi perusahaan minyak yang kemungkinan tempat magang Mas Nadif.
"Kalau ketemu, gue dapet apa?" Dia bertanya dengan nada harap.
"Emangnya Kak Malvin nolongin aku itu enggak ikhlas, ya?" Semoga saja dia hanya bergurau.
"Jaman sekarang serba bayar, masa gue udah bantuin, lo sama sekali enggak kasih gue apa-apa?"
"Kak Malvin minta apa?" tanyaku seraya menatapnya yang tengah berpikir.
"Lo udah punya pacar?"
Pertanyaannya membuatku menelan ludah. Apa Mas Nadif sama sekali tidak pernah mengajak sahabat-sahabatnya mengobrol tentangku? Atau, lelaki itu sengaja menutupinya.
"Kak Malvin mau minta cinta dari aku?" Aku langsung saja menebak maksudnya, tetapi malah mendapat tawa renyah dari Kak Malvin.
"Itu tau, tapi gue juga tau kalau gue bukan tipe cowok lo." Dia kembali tertawa.
"Terus?"
"Kasih tau gue kenapa lo susah payah nyari informasi tentang Nadif sampai segininya."
Kembali menelan ludah. Kenapa rasanya sangat sulit menyembunyikan semuanya. Pemuda di sebelahku mendesak agar memberi tahu alasan pastinya.
Sebelum aku menjawab, dia langsung memekik. Pemuda itu menemukan nomor telepon perusahaan minyak yang dapat dihubungi.
"Coba aku lihat!" pintaku ingin tahu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hijab Sakura | END
Spiritualﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢ Bagaimana bisa saat tengah menunggu orang lain, gadis itu malah dilamar oleh Abang sahabatnya. Padahal ada lelaki tukang gombal yang sedang Jauza tunggu. Namun, mereka percaya, tidak ada yang salah ketika cinta d...