Melepas Cinta
"Mungkin, Allah menciptakan luka agar kita semakin kuat. Kuat menerima, kuat pula untuk melepaskan."
~~~
Dua minggu lagi, pernikahanku dan Bang Akbar digelar. Waktu itu akan datang, ketika aku menjadi halal bagi laki-laki yang sudah menunggu. Dia ikhlas menunggu lima bulan meski tahu aku telah mengkhianatinya. Akan tetapi, waktu telah habis dan ketetapannya yang harus ditepati.
Kini aku tengah menunggunya datang di tempat yang Bang Akbar janjikan. Sebuah restoran mewah disewa hanya untuk bertemu denganku malam ini.
Awalnya aku bingung mengapa dia mengajak bertemu, karena seharusnya kami sibuk menunggu di rumah masing-masing untuk mempersiapkan diri, tetapi sepertinya dia ingin memberikan kejutan sebelum akad tiba.
Aku menunggunya di lantai atas restoran yang sudah dihias dengan sangat romantis. Ada meja dan vas bunga lengkap dengan lilin. Bahkan aku tersenyum sendiri saat membayangkan apa yang akan lelaki itu berikan padaku.
Sembari menunggu, aku berdiri di sekitar tralis balkon. Mengedarkan pandangan ke bawah yang ramai akan pengunjung. Baru kali ini aku menyadari kalau Bang Akbar bisa seromantis ini.
Tidak lama, mobil lelaki itu datang, dia langsung memarkirkannya.
Ketika melihat Bang Akbar keluar dari mobilnya dengan penampilan rapi, jantungku berdegup kencang. Kenapa aku merasa gugup? Sungguh, rasanya kenapa sangat berbeda? Bahkan pipiku sedikit memanas.Tidak butuh waktu lama, lelaki itu naik ke tempatku menunggu. Melempar senyum dan sesekali merapikan kemejanya.
"Udah nunggu lama, ya?" Dia bertanya seraya tersenyum ramah.
"Lumayan, tapi enggak apa-apa."
"Duduk!" Dia bahkan menarik kursi untukku.
Kami duduk saling berhadapan. Tempat ini begitu indah dengan hiasan lampu mengelilingi tralis. Dia terlalu berlebihan sampai menyiapkan sedemikian rupa.
"Kenapa Bang Akbar minta ketemuan di sini?" Aku bertanya malu-malu. Kenapa aku menjadi geli dengan diriku yang seperti ini.
"Malam ini adalah malam yang spesial buat kamu."
Spesial? Kejutan apa yang ingin dia berikan sehingga disebut spesial.
"Kita makan dulu, ya?" cetusnya. Dia langsung memanggil pelayan restoran, tidak menunggu waktu lama makanan lezat sudah disiapkan, tinggal menyantapnya dengan suasana romantis.
Baru kali ini aku merasa diperlakukan begitu istimewa oleh Bang Akbar. Dia begitu tulus dan baik, betapa buruknya aku malah membuatnya terluka.
Aku menatapnya yang sedang mengiris steak miliknya. Dia tampan, sama seperti Mas Ali. Umur mereka tidak begitu jauh, hanya berbeda dua tahun saja.
Namun, sosoknya begitu sama dengan abinya, suka bercanda. Sedangkan Mas Ali, dia menuruni sifat Umi yang lebih pendiam dan ramah.
Selesai menghabiskan hidangan, Bang Akbar mengajakku untuk melihat langit malam ini di balkon tersebut. Kami berdiri bersebelahan di dekat tralis.
"Oh, iya, maaf karena malam ini aku datang tanpa bunga, seperti laki-laki romantis lainnya," celetuk Bang Akbar membuatku tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hijab Sakura | END
Spiritualﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢ Bagaimana bisa saat tengah menunggu orang lain, gadis itu malah dilamar oleh Abang sahabatnya. Padahal ada lelaki tukang gombal yang sedang Jauza tunggu. Namun, mereka percaya, tidak ada yang salah ketika cinta d...