My Hijab Sakura 10

1K 114 0
                                    

Alidan


"Senyum manis kini berubah tangis, tawa keras kini menjadi hujan luka yang deras. Namun, kamu tetaplah kamu yang merubah duniaku". Jauza Madia Alsinta.

~~~

Pov Jauza.

Kulipat sajadah dan mukena kembali selepas menunaikan salat subuh, lalu diletakan di atas kasur.

Aku membuka ponsel yang sejak tadi pagi sebelum subuh sudah ada notifikasi yang masuk.

Pasti pesan itu dari Mas Nadif. Karena pemuda itu selalu spam pesan singkat untuk membangunkanku salat subuh.

Biasanya, pemuda itu akan mengirimkan pesan yang kadang membuatku tersenyum sendiri karena candaannya, seperti ...,

Nadif
Assalamu'alaikum, selamat pagi, bangun bangun bangun, sahur! Eh salah, sholat ;-)

Nadif
Jangan lupa bangun tidur baca do'a, nanti linglung loh, (ini nyindir terang-terangan) haha

Nadif
Bangun dan sholat ya, kalau enggak nanti digigit nyamuk, (itu kalau nggak tidur ya wkwk)

Nadif
Tadinya mau ngajakin gini. 'sayang sholat yuk' seketika sadar, belum halal :-(

Sungguh pesan beberapa hari yang lalu itu masih sangat kuingat. Mas Nadif memang sering spam pesan agar aku cepat bangun, padahal sebelum dia mengirim pesannya, aku sudah bangun lebih dulu.

Selanjutnya, aku buka aplikasi pesan di ponsel. Akan tetapi, mataku langsung membelalak, ternyata yang mengirim pesan pagi ini bukanlah Mas Nadif, melainkan Bang Akbar.

Kemarin lelaki yang berstatus Kakak sahabatku, Mas Ali, pulang setelah lama di luar kota. Ya, semenjak Mas Ali meninggal 2 tahun lalu karena kecelakaan bersama abinya, Bang Akbar menjadi lebih akrab denganku.

Sungguh, jika mengingat Mas Ali, hatiku selalu dibuat hancur akan kenangan yang sudah kami lewati.

Masa SMA yang dulu sangat menyenangkan mempertemukanku dengan pemuda berpawakan tinggi, putih dan juga alim.
Ia adalah idola bagi semua gadis di SMA kala itu. Suara merdunya yang selalu menenangkan ketika membaca ayat Al-Qur'an, membuat semua kaum hawa terpesona hanya dalam hitungan detik.

Senyuman manis dan keramahannya membuat Mas Ali memiliki banyak teman dan juga penggemar.
Bahkan Fadol pun sangat mengagumi sosok Alidan, pemuda yang kukagumi juga sejak dia mengajak untuk salat bersama. Aku masih sangat ingat kala itu, ketika pertama kali mengenalnya.

Aku berjalan melewati koridor sekolah yang terlihat lebih sepi dari biasanya. Awalnya kupikir semuanya tengah masuk kelas atau ke kantin, tetapi ternyata saat aku melewati musala kecil di sekolah, aku menemukan siswa yang tengah bersiap melaksanakan salat dzuhur. Mereka begitu rapi.

Saf laki-laki sudah penuh. Begitu juga dengan para siswi, mereka memamerkan senyum dari balik mukena yang mereka kenakan.

Aku terlonjak kaget ketika suara siswa yang datang dari belakang memekik.

"Mau sholat juga?"
Pertanyaan itu menyentuh seluruh jiwa. Malu sekali jika aku bilang hanya lewat, sedangkan siswa dan siswi di dalam musala kecil itu sudah berkumpul. Tentu pemuda di depanku ini adalah orang yang akan mengimami mereka. Gosip tentangnya yang pernah masuk pesantren memang sudah cukup tersebar luas seantero sekolah, tidak heran dia diandalkan memimpin.

"Aku enggak bawa mukena." Aku menjawab begitu ragu. Tidak mungkin juga aku berbohong sedang halangan.

"Kalau gitu, nanti pinjam aja sama siswi yang udah selesai duluan."

My Hijab Sakura | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang