Bertahan Dengan Pilihan
"Mungkin, bertahan yang menjadi pilihan saat ini, sebelum menyerah merenggut segalanya yang dilalui."
~~~
Tidak ada yang berbeda dalam waktu yang kulewati, masih sama seperti kemarin-kemarin. Menunggu seseorang pulang dan bertahan dengan orang lain.
Terus berharap bahwa penantian ini takkan membuat kecewa hati mana pun. Meski sadar, keadaan ini berisiko menyakiti hati lain, yakni Bang Akbar.Sebab, laki-laki itu menungguku yang juga menunggu orang lain. Egois! Aku adalah wanita yang begitu buruk dengan melakukan ini. Setiap kali menatap mata Bang Akbar, aku merasa sangat bersalah karena membuatnya menunggu.
"Apa aku jujur aja?" gumamku semakin bingung.
Ingin rasanya mengungkapkan pada Bang Akbar jika ada seseorang yang telah berjanji melamarku. Aku sadar, entah sekarang ataupun nanti saat Bang Akbar tahu, dia akan tetap terluka.
Jika Mas Nadif kembali, maka dialah jawabannya, tetapi jika tidak, maka Bang Akbar adalah yang akan meminangku. Lalu, bagaimana aku bisa bertahan empat bulan untuk melaluinya?
Sungguh, aku mencintai Mas Nadif. Dengan menerima lamaran Bang Akbar pun, butuh waktu untuk mencintainya, tidak mudah melayaninya sebagai istri tanpa cinta. Apalagi posisinya adalah Abang sahabatku.
Empat bulan, hanya empat bulan untuk membuktikan janji Mas Nadif. Jika dia tidak kembali, maka lamaran Bang Akbar kuterima dan menyegerakan untuk menikah, berusaha mencintainya sebisa porsiku.
Aku kembali mengetuk-ngetukkan jari telunjuk ke meja, menunggu seseorang datang. Hari dilewati tanpa adanya perubahan. Masih berusaha mencari cara untuk dapat menghubungi Mas Nadif yang sudah sebulan ini sulit dihubungi.
Ketakutan mulai menghantui, hal buruk terus saja bergelayut di kepala. Bagaimana jika dia sengaja memutus komunikasi karena hendak meninggalkanku? Bagaimana jika dia tidak kembali? Aku menggeleng dan menepis pikiran itu.
"Za?"
Aku terkesiap ketika seseorang memanggil. Dia adalah pemuda yang bersedia menemuiku di restoran ini.
"Udah lama nunggu, ya? Sorry gue tadi ada urusan di kantor, tau sendiri kalau udah wisuda tinggal sibuk sama kerja," ujarnya sembari mendaratkan tubuh ke kursi.
"Iya enggak apa-apa, Kak." Lega, akhirnya pemuda yang kutunggu datang juga.
"Ada apa? Tumben Jauza yang dingin ngajak ketemu Mas Yoga di restoran gini?" tanyanya. Ya, dia adalah Kak Yoga, sahabat Mas Nadif semasa kuliah.
"Maaf kalau ganggu Kak Yoga ... aku ngajak ketemu di sini karena ada hal penting yang ha-"
"Jangan bilang lo suka sama gue? Tenang, enggak telat, kok, ungkapin sekarang, soalnya gue masih sendiri juga," potongnya seraya menaikturunkan alisnya.
"Bukan, ini masalah Mas Nadif." Aku tersenyum kikuk.
Wajahnya yang sebelumnya sumringah kini berubah menjadi bertanya-tanya.
"Nadif?" Kak Yoga bertanya dengan dua alis naik bersamaan.
"Iya, aku mau nanya, apa Kak Yoga masih punya kontak milik Mas Nadif?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hijab Sakura | END
Espiritualﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢ Bagaimana bisa saat tengah menunggu orang lain, gadis itu malah dilamar oleh Abang sahabatnya. Padahal ada lelaki tukang gombal yang sedang Jauza tunggu. Namun, mereka percaya, tidak ada yang salah ketika cinta d...