ALASAN HS 2

1.6K 184 5
                                    

Pemuda Kemarin

Dear diary.

Aneh, tadi malam aku tak bisa tidur, pikiranku berjalan ke sana-kemari. Jujur, tadinya kupikir tidak bisa tidur karena banyaknya tugas kampus, tapi setelah aku sadari, bayangan cowok di toko bunga itu terus muncul ketika aku berusaha menutup mata. Bahkan senyumannya berkali-kali terbayang olehku.

Harusnya aku sadar, cowok itu hanya pelanggan, kenal saja tidak, tapi diary, wajahnya itu sangat tampan, memalukan sekali aku mengakuinya pada kamu diary.

Tapi memang benar, kalau dia tampan sekaligus manis. So sweet bukan? Dia membeli bunga untuk ibunya. Namanya adalah Nadif, nama yang bagus.

Astagfirullah, semoga Allah mengampuniku yang sudah memujinya berkali-kali ini.
Namun, ada bunga yang dia tinggalkan untukku, dan itu berhasil membuatku mengingatnya terus. Apa ada yang salah denganku?

Aku harus berangkat kuliah, sampai di sini dulu diary.

2018-2-24.

Aku bergegas ke kampus, hari ini ada jadwal pagi, tetapi sedikit mengantuk karena semalam tidak nyenyak tidur.

"Ma, aku berangkat, ya!" seruku pada sang Mama yang ada di dapur.

"Sarapan dulu, Za, nanti susah mikir kalau kurang asupan," celanya membuatku mengambil dua roti yang sudah dapat olesan selainya di atas meja.

"Aku sarapan dua roti aja, enggak akan bikin mandet, 'kan?"

Mama terbahak. "Dasar anak perempuan Mama."

Aku langsung menyalami tangannya, dan langsung mengucap salam sebelum keluar rumah.

Beruntung aku sudah memesan taksi sebelumnya, jadi tidak perlu menunggu kendaraan umum lainnya.

Sembari menunggu sampai, di dalam mobil aku membuka situs pencarian filosofi tentang bunga. Penasaran, karena pemuda bernama Nadif memberikan bunga krisan merah.

"Hah? Mana ada?" Aku tidak percaya kalau filosofi bunga krisan merah jika diberikan pada lawan jenis maka artinya dia menyukainya.

"Pak, boleh tanya enggak?" Aku membuka obrolan pada driver.

"Tanya apa, Mbak?"

"Bapak tau filosofi atau makna bunga krisan merah?" Tidak begitu yakin, jadi tidak ada salahnya bertanya pada orang.

"Katanya, sih, itu tanda mencintai, apalagi kalau diberikan ke lawan jenis. Memang kenapa, Mbak? Mbak dikasih bunga krisan merah, ya, sama cowok? Berarti dia mencintai, Mbak," celetuknya panjang.

"Enggak, kok, Pak," elakku malu. Sayang sekali selama bekerja di toko bunga aku tidak mempelajari filosofi setiap bunga.

"Sampai, Mbak."
Driver membuatku terperanjat.

"Bayar lewat aplikasi, ya, Pak." Aku langsung keluar.

"Jauza!" Gadis berambut panjang memanggil, dia adalah Dea, sahabat baikku.

"Tumben kamu udah di kampus?" sindirku karena biasanya dia suka telat.

"Yeee, dikira cuma lo doang yang bisa disiplin?" sahut Dea seraya mengerucutkan bibirnya.

"Ayok, masuk," ajakku lalu disergah oleh Dea dengan cepat.

"Tunggu! Dosen belum dateng, kita duduk dulu, gue mau ngomong sama lo." Dea menarikku dan duduk di kursi.

"Mau ngomong apa?"

Dea kemudian celingak-celinguk ke sekitar kampus, entah apa yang dia cari.

"Aman, enggak ada Fadol. Tau enggak, Za? Gue tadi ketemu sama senior yang gantengnya kayak pangeraaan!" Dea begitu histeris saat menceritakan seniornya sampai menyubit pipiku tanpa sadar.
Aku hanya mampu ber-oh ria dan mengangguk.

My Hijab Sakura | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang