Jangan lupa tinggalkan jejak ya...
Satu bulan telah berlalu... mungkin keadaan rumah mulai sedikit pulih dan kembali seperti sediakala. Bella mulai merasakan harinya semakin berbeda dan lebih kuat lagi, Sehan juga telah pulih dari rawat jalannya. Keempat sahabatnya juga jadi sering berkunjung ke rumah orang tua Sehan. Karna sejak kecelakaan itu, Sehan belum pernah menginjakan kakinya lagi ke pekarangan rumahnya.
Ia sudah mulai pergi ke sekolah dari seminggu yang lalu, Jonathan mengudurkan diri dari sekolah setelah mengaku bahwa dirinya tidak sudi dan muak akan wajah Sehan. Apalagi Jonathan tahu kalau Renata kehilangan nyawanya saat bersama Sehan. Tapi Bella menghela syukur, ia menyetujui kepindahan Jonathan dari sekolah.
Kalau tidak begitu, Sehan dan Nathan pasti sudah saling tonjok dan ribut habis-habisan. Jujur Bella bergedik ngeri membayangkannya.
Bella membuang nafasnya keras-keras setelah ia menyelesaikan satu lagu di atas lapangan es itu. Bella meneguk air dari tumbler yang ia bawa. Mata Bella selalu tertuju pada lapangan ice skating, kemudian menemukan sosok Sehan yanh berjalan di balik pembatas lapangan. Bella menyipit, Sehan tampak membawa tas latihannya.
Tapi... tunggu. Bella menatap lebih lekat lagi, Sehan melewati lapangan pacuan berkuda. 'Sehan kenapa?' Batin Bella. Bella menaruh tumblernya kembali lalu membuka sepatu iceskatnya. "Mario, gue titip junior ya? Nanti gue ke sini lagi." Ucap Bella menepuk pundak Mario yang sama-sama sedang rehat. "Oh iya Bel santai aja." Mario memang terbaik. "Thanks ya." Bella cepat-cepat keluar dari area ice skating.
Kali ini Bella mendapat kesempatan untuk melatih para juniornya, Audy sedang ada urusan di luar kota bersama keluarganya. Ia sudah izin dari dua minggu yang lalu, maka dari itu Audy memberikan kepercayaan pada Bella untuk mengurus atlet junior ice skating.
Bella berlari ke arah lapangan pacuan berkuda, di sana ia melihat Ryu teman seangkatannya sedang melatih kudanya. Bella mendekat, "Ryu." Panggil Bella. "Bella? Ada apa Bel?" Balas Ryu menoleh kemudian menghentikan acara latihannya sejenak.
"Sehan nggak latihan berkuda?" Tidak basa-basi lagi Bella langsung bertanya keintinya. Ryu menjetikan jari kemudian mengerutkan alis. "Itu dia Bel," Bella menaikan alis penasaran saat Ryu menjeda ucapannya beberapa detik. "Gue nggak paham kenapa Sehan ngundurin diri dari pacuan berkuda." Mata dan mulut Bella membulat berbatengan. "Hah? Sehan ngundurin diri?" Bella masih tidak habis pikir.
"Iya, kemarin dia nyerahin surat pemguduran diri ke coach Horles. Gue bener-bener nggak ngerti sama Sehan, padahal dia udah mateng banget soal berkuda. Sekarang dia malah gabung sama club renang. Gila pemikirannya." Cibir Ryu, mungkin ia juga masih tidak menyangka apa yang sudah di lakukan oleh Sehan.
Bella memejam sejenak sebelum ia kembali bertanya pada Ryu. "Club renang? Emangnya ada apa sama club renang?" Ia masih sulit mencerna penjelasan dari Ryu. "Gue tahu dari coach Horles, katanya... Sehan mau ikut olimpiade tahunan yang nggak bisa Renata laksanain tahun ini." Sudah Bella duga, Sehan masih egois dengan pemikirannya. Kepala Bella jadi pening tidak jelas sekarang.
"Yaudah, makasih ya... Maaf ganggu latihan lo, gue duluan ya." Pamit Bella, Ryu hanya mengangguk tersenyum tipis.
Bella penasaran, ia langsung melanjutkan langkahnya ke area latihan perenang. Ia penasaran apa yang akan Sehan lakukan sekarang? Bella benar-benar tidak mengerti.
Ia duduk di salah satu kursi tribun, mata Bella menemukan sosok Sehan yang tengah bersiap untuk berlatih. Bella menelak-nelak Sehan mulai memakai kaca mata renangnya dan mengambil aba-aba untuk terjun ke dalam kolam yang dalamnya kurang lebih 3 meter itu.
Saat Sehan melompat, tiba-tiba gerakan Sehan tidak stabil Sehan sedikit kesulitan di dalam air. Bella sudah setengah berdiri dari kursi tribun itu hendak menghampiri untuk menolong. Tapi untung saja Sehan sudah di tolong oleh orang-orang yang sedang berada di dekatnya.
Bella bisa lihat, Sehan kesakitan di bagian bahu kirinya. Mungkin dia cidera, lagi pula bahu kirinya memang baru membaik pasca kecelakan itu. Bella menghela kecil kemudian pergi dari sana.
❌❌❌
Sehan berjalan ke arah parkiran, ia tidak melajutkan acara berlatihnya. Sekarang bahu kirinya terasa linu. Untuk di gerakan saja lumayan sulit. Saat Sehan ingin mengambil helmnya untuk di pakai, tiba-tiba seseorang melempar botol mineral penuh berukuran 600 ml dan berhasil mendarat di bahu kiri Sehan.
Bugh!
"Akh!" Pekiknya tertahan sambil meringis memengang bahunya yang cidera. Sehan merekatkan gigi sampai terbungkuk-bungkuk menahan sakit yang luar biasa. Ia menoleh kebelakang dan lansung menangkap basah pelaku sialan itu. Itu Bella, Sehan menautkan alisnya.
"Kalo nggak bisa itu nggak perlu di paksain Se." Bella berjalan mendekat, Sehan menaikan tubuhnya kembali. "Lo tau ini sakit!" Sehan memekik tertahan. "Itu kamu tau kalo sakit. Terus kenapa kamu masih maksain?" Bella menautkan alisnya menatap sinis. Sehan menghela, berdecak kemudian membalas balik tatapan sinis Bella.
"Kamu ninggalin yang selama ini udah kamu tekuni, Se?" Tanya Bella tanpa mengambil embel-embel 'pacuan kuda' pasti Sehan sudah paham Bella membahas ke arah mana. "Gue nggak ngerti." Balasnya dingin, Sehan membalikan tubuhnya kembali hendak pergi.
"Karna Renata? Kamu egois."
Sehan menghentikan pergerakannya, ia menghadap Bella. "Lo tau apa sih? Lo tuh nggak tau apa-apa." Sehan menatap tajam sambil menaikan dagunya sedikit. "Aku tau semuanya," Bella tidak mau kalah menatap balik Sehan dengan tajam. "Aku tau cara kamu makan, aku tau cara kamu minum, aku tau cara kamu bicara, aku tau cara kamu marah, aku tau cara kamu menatap orang, aku tau cara kamu bersikap, aku tau cara kamu tidur, aku tau cara kamu melakukan sesuatu, aku tau cara kamu nangis dan aku juga tau kalo kamu nggak suka bau kolam renang, aku tau!" Bella menekankan ucapannya di akhir kalimat.
Sehan memundurkan wajahnya dari hadapan Bella, ia menelan salivanya berangsur-angsur. "Sakit jiwa." Maki Sehan sesingkatnya. Bella mengangkat tangannya, kemudian memukul bahu Sehan yang cidera.
Bugh!
"Aku juga tau! Sekarang bahu kamu sakit kan?" Bella merekatkan gigi kesal, sama halnya dengan Sehan yang kini meringis kesakitan. "Gue salah apa sih Bel?!" Tanya Sehan bersungut-sungut dengan wajah setengah merah padam. 'Ya, bagus Sehan. Pertanyaan kamu buat aku jadi antagonis.' Bella menaikan kedua alisnya, "yang jelas aku nggak bisa jelasin satu-persatu." Sehan memejamkan matanya mecoba untuk tetap tenang. "Lo aneh." Ucap Sehan dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal akibat menahan nyeri di bahunya.
Sehan mengambil helm, kemudian menyodorkannya ke hadapan Bella. "Ayo pulang." Ajaknya. Bella mengernyit. "Siapa yang mau pulang? Aku masih ada latihan." Balasnya sedikit sinis. Sehan memejamkan matanya sejenak berbarengan dengan helaan nafas singkat. "Terus kenapa lo dateng ke parkiran? Hah?" Sekarang Sehan yang tidak habis pikir.
"Aku sengaja, cuma mau lempar botol air mineral itu ke bahu kamu." Final Bella, kemudian meninggalkan Sehan yang mencekram kuat bagian helmnya. "Lo sialan! Bel!" Teriak Sehan kembali memaki. Yang jelas Sehan lupa cara ia mengontrol emosi sekarang.
Bella tidak tuli, Bella mendengar Sehan memaki, Bella juga khawatir, tapi kali ini ia memilih untuk egois. "Kamu juga lebih sialan Se." Sahut Bella pelan sambil terus melanjutkan langkahnya untuk keluar dari area parkir sekolah.
❌❌❌
Hai, jangan lupa comment dan vote ok?
Next part 30?
Semangat bacanya!
See u :)
KAMU SEDANG MEMBACA
250! SEHAN
Teen Fiction[ 250! SEHAN ] Menjadi diri sendiri akan lebih baik, tak perlu dengar apa kata orang. Begitulah Sehan, berperilaku semaunya tanpa campur nasihat orang, termasuk orang tuanya. Tabiat Sehan memang sangat gila jika terus di layani. Ketus, dan dendam ya...