Jangan lupa tinggalkan jejak ya
Happy reading❌❌❌
Setengah buku menutupi wajahnya. Hanya jidat mulus yang terpapar sinar lampu malam itu. Sehan sedang membaca buku tebal berjudul 'kimia' yang tertulis jelas di cover bagian depan. Televisi di nyalakan, tapi tidak di tonton nya sama sekali. Matanya hanya fokus pada setiap baris kalimat.
Bella menghimpit camilannya di lengan sebelah kiri. Sedangkan, tangan sebelah kanannya memegang minuman kaleng yang setengahnya sudah di teguk. Bella menyeringai saat melihat Sehan yang tenang duduk di atas sofa sana. Buru-buru ia mendekatinya.
"Ngapain sih? Akh!..." pekik Bella saat kupingnya tidak sengaja berbenturan dengan pundak Sehan. Bella terlalu bersemangat menyandarkan punggungnya di kepala sofa. Sehan jadi meringis memegang pundaknya. "Aish! Lo ngapain sih!" Cowok ketus itu menatap tajam Bella. Bella masih mengusap-usap kupingnya yang sakit.
"Sakit tau..." Nadanya merengek kesakitan. "Ya salah Lo sendiri. Lagian maunya deket-deket terus." Sehan menutup bukunya sedikit menggeser duduknya. Bella mengerucutkan bibirnya. "Galak banget bilangnya gitu."
Terlihat, kini Sehan mendengus mengabaikan Bella. Tangan Bella mulai membuka camilan yang di bawanya. "Baca buku apa sih?" Kembali bertanya sambil menyuapkan wafer coklat ke dalam mulutnya. Sehan tidak menjawab hanya menunjukkan buku kimianya ke depan wajah Bella.
Mata Bella menyipit. "Kamu gak pusing baca buku kayak gitu?" Bella masih tidak habis pikir. Jujur saja, Bella bukan tipikal orang yang suka membaca buku pelajaran. Ia akan membukanya selagi butuh saja. Di luar itu sungguh ia tidak pernah berniat.
"Ngapain di ambil pusing. Tinggal baca doang." nada bicaranya ketus.
Bella membuang nafas. "Wajar sih gak pusing. Otak Gigabyte pasti bisa nampung." Kepala Bella manggut-manggut sambil mengunyah.
Sehan mendelik. "Stress." Gumamnya tapi masih bisa terdengar jelas oleh Bella. Bella menyandarkan kepalanya di pundak Sehan. Matanya kini terfokus pada acara televisi, tapi, beberapa detik kemudian baru mengingat sesuatu. "Sehan! Besok UAS ya?" Matanya membulat heboh menatap Sehan.
Sehan memutar bola matanya. "Ngapain aja sih di sekolah? UAS aja sampe lupa." Omel Sehan. Bella meneguk minuman kalengnya. "Bukan lupa... Tapi, baru inget." Jelasnya sambil terlungkup menghadap Sehan.
"Lupa sama baru inget beda tipis."
Balas Sehan dingin tanpa menoleh. Bella menopang dagunya sambil menghela, lima detik kemudian membalikkan tubuhnya kembali. Lalu, mencari-cari celah antara buku dan tangan Sehan untuk tiduran di atas pahanya.
Bella menidurkan kepalanya disana. "Lo ngapain sih bel?" Tangan Sehan kembali menutup bukunya. Bella tidak menghiraukan, mulutnya kembali sibuk mengunyah. "Ya emang ini gak liat lagi ngapain?" Bella malah balik bertanya.
Sehan mendesis. "Itu sofa masih ada, tiduran di sana kan bisa. Kenapa mepet-mepet terus sih!" Bella menengadah, tangannya memasukkan paksa wafer coklat ke dalam mulut Sehan. "Numpang sebentar. Jadi orang tuh jangan marah-marah terus." Mata Sehan kembali menatap sinis. Setelahnya mengunyah wafer yang tanpa sengaja masuk ke dalam mulutnya itu.
Mata keduanya kini malah terfokus kembali pada acara di televisi. Sehan mengurungkan niatnya untuk membaca karena sejak tadi, Bella menganggu dirinya tanpa henti.
Diam-diam mata Bella mencuri pandang pada Sehan. Cowok itu masih menatap lurus. Bella hendak membuka mulut. Tapi, mengurungkan niatnya kembali. Sepertinya bukan waktu yang pas untuk menanyakan hubungannya dengan Renata di sela-sela waktu tenang mereka. Bella menaikan bahu, lain kali juga bisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
250! SEHAN
Fiksi Remaja[ 250! SEHAN ] Menjadi diri sendiri akan lebih baik, tak perlu dengar apa kata orang. Begitulah Sehan, berperilaku semaunya tanpa campur nasihat orang, termasuk orang tuanya. Tabiat Sehan memang sangat gila jika terus di layani. Ketus, dan dendam ya...