Jangan lupa tinggalkan jejak ya...
Sehan turun tergesa saat taksi yang dinaikinya berhenti di depan TPU indah kasih. Kemudian, mobil hitam milik Johan menyusul dari belakang. Mata Bella sejak tadi terus berkaca-kaca begitupun dengan Mona. Ketiganya mengikuti perginya Sehan setelah keluar dari mobil.
Hatinya yang belum bisa menerima dan pikirannya yang sudah tidak tahu lagi harus bagaimana? Sehan hanya terisak melihat laudya, Ibu dari Renata tampak masih menangisi pusara milik putrinya yang belum lepas dari kesedihanㅡseminggu yang lalu.
Sehan mendekat. "Tan...te..." Panggilan gemetar itu membuat laudya berhenti terisak sejenak. Kepala itu itu menoleh dengan tatapan sembab, laudya merekatkan gigi saat tahu siapa yang berdiri di belakangnya sekarang.
Tubuh yang semula berjongkok, kembali di tegakkan tanpa memalingkan tatapannya. "Tan...te..., Saya..." Tangan dingin Sehan hendak menggenggam kedua tangan seorang ibu itu sambil menggeleng dan menangis. Laudya menjauhkan tangannya dari sana.
"Mau apa lagi kamu datang kesini?"
Pertanyaan itu terlalu menekan, hingga terdengar kejam bagi Sehan. Adik perempuan Renata yang sejak tadi sudah hadir hanya menjadi pereda emosi sang ibu.
Sehan mengusap air matanya dengan nafas sesegukan. "Saya... Mintㅡ"
"Maaf kamu tidak akan pernah mengembalikan putri saya!"
Teriakan laudya mempercepat langkah bella, Mona, juga Johan. Mereka menghampiri Sehan. Mona sempat tertegun saat tahu jika Sehan mengunjungi pusara milik gadis yang meninggal satu Minggu yang lalu itu.
Sehan bertekuk lutut di depan laudya, jarinya mencengkram erat celana berwarna biru langit itu. "Saya... Gak tahu kalau semua ini akan terjadi dengan renㅡ"
"Cukup!"
Laudya menjerit memejamkan matanya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya seperti gusar. "Jangan pernah sebut nama Putri saya dengan mulut kamu lagi."
"Tanㅡ"
"Saya kehilangan putri saya saat sedang bersama kamu! Saya menjaga Renata dengan sebaik-baiknya. Tapi, kamu menghilangkan nyawanya!"
Tatapan Johan dan mulutnya seketika itu membulat, JohanㅡjugaㅡMona tidak tahu kalau gadis yang bernama Renata itu ada bersama Sehan saat kecelakaan terjadi.
"Belum puas? Sampai kamu datang kesini untuk melihat pusara putri saya setelah kamu menghilangkan nyawㅡ"
"Cukup Bu."
Johan menyangkal perkataan laudya sebelum ibu paruh baya itu banyak menyakiti hati dan mental Sehan. "Saya mengerti bagaimana kesedihan ibu. Tapi, kami juga sebagai keluarga korban. Putra kami koma selama satu minggu, tolong ibu bisa mengerti dan ikhlaskan agar Putri ibu bisa tenang disisi-Nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
250! SEHAN
Novela Juvenil[ 250! SEHAN ] Menjadi diri sendiri akan lebih baik, tak perlu dengar apa kata orang. Begitulah Sehan, berperilaku semaunya tanpa campur nasihat orang, termasuk orang tuanya. Tabiat Sehan memang sangat gila jika terus di layani. Ketus, dan dendam ya...