#0.22[250!SEHAN]

156 32 3
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yaHappy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa tinggalkan jejak ya
Happy reading...

❌❌❌

Wanita berbibir tebal dengan gaya rambut Bob asimetris yang mengenakan kemeja loreng hijau itu kini, matanya belum lepas menatap kertas bersampul tebal dengan hasil kinerja yang tertulis jelas di atasnya.

Tangannya memegang pelipis, mulutnya bergeming. Setelahnya menggeleng, kemudian berpaling pada Bella yang duduk di seberangnya. Hanya sebuah meja berukuran sedang yang menjadi pembatas keduanya.

"Jadi atlet ice skating buat kamu stress?"

Zamora, wanita yang berstatus sebagai guru di sekolah Diptama. Dan selaku wali kelas dari XII IPA 6. Kini, bertanya pada Bella dengan tatapan tenang. Bella mengerjapkan matanya beberapa detik, "eㅡengga kok Bu." Balasnya menggelengㅡ mengerutkan dahi. "Kenapa?" Tambah Bella.

Sepersekian detik guru itu menghela. Setelahnya tersenyum, kemudian memutar buku rapor hingga sejajar dengan posisi Bella yang berlawanan arah dengannya. "Dua terakhir, dari dua puluh siswa di kelas. Kenapa semakin merosot terus?" Jari Zamora menunjuk berulang pada hasil pengukuran kinerja Bella di semester lima.

Mata Bella sedikit terbelalak saat melihat nilainya yang jauh lebih turun dari semester sebelumnya. Ia kira semester ganjil ini akan ada peningkatan. Ternyata malah semakin buruk. "Kok bisa gini Bu?" Tangan Bella meraih rapornya dan di tatap lebih lekat lagi.

"Yang seharusnya tanya seperti itu sama kamu, saya. Jadi atlet Ice skating tidak buat kamu stress kan Bella?"

Pernyataan beberapa menit yang lalu di ajukan kembali. Dan sama, tetap jawaban Bella masih menggeleng. "Enggak kok Bu, saya gak stress sama sekali."

"Terus kenapa nilai kamu jadi anjlok seperti ini, sebelumnya tidak parah-parah amat. Kamu gak belajar?"

Tebak Zamora dengan pertanyaan klise, tidak asing lagi bagi seorang guru mempertanyakan alasan pasti kepada siswanya, apalagi ini menyangkut nilai akademik. Bukan hanya itu, faktor dari luar pun mereka kerap kali harus ikut menyelip demi tahu apa yang sebenarnya mempengaruhi setiap siswanya.

"Bella?"

Bella mengigit bibir bawahnya. "Benar gak belajar?" Zamora meyakini. "Saya belajar kok Bu, tapi... Saya gak tau kenapa bisa turun begitu." Balasannya tidak sejujur dengan kenyataannya. Iya, Bella belajar. Belajar saat dirinya memiliki keinginan dan di iming-iming janji oleh sahabatnya maupun Sehan.

"Ya sudah. Gapapa, bisa di perbaiki ke depannya. Jangan hanya di simpan tapi di terapkan. Bisa bel?"

Kepala Bella mengangguk kecil, "bisa Bu." Rapornya kembali di tutup. "Kesempatan tidak akan pernah habis, ibu yakin pasti bisa. Tolong panggilkan absen selajutnya untuk masuk." Zamora tersenyum hangat, begitupun Bella. Kakinya mulai beranjak keluar dari ruangan wali kelasnya itu.

250! SEHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang