[ 250! SEHAN ]
Menjadi diri sendiri akan lebih baik, tak perlu dengar apa kata orang.
Begitulah Sehan, berperilaku semaunya tanpa campur nasihat orang, termasuk orang tuanya.
Tabiat Sehan memang sangat gila jika terus di layani. Ketus, dan dendam ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa tinggalkan jejak Happy reading
❌❌❌
Mulutnya sibuk mengunyah, hatinya berdecak mengumpat, matanya tidak lepas dari televisi dan jam yang terus bergerak setiap detiknya. Bella benar-benar kesal hari ini, Sehan bilang tadi akan mengajaknya pulang bersama. Tapi, mana? Sudah di tunggu di parkiran hampir satu setengah jam, cowok ketus itu tidak juga kunjung datang.
Dan akhirnya Bella jadi pulang sendiri lagi. Tidak lama derum motor terdengar kembali di pekarangan rumahnya. Sepertinya, Sehan sudah pulang. Tidak lama pintu terbuka, ia berjalan menatap Bella yang sedang duduk di sofa. Lalu, mendekatinya dan duduk disana.
Mata Bella tidak melirik sama sekali. Masa bodoh dengan Sehan yang kini sedang memperhatikannya. Mulutnya masih sibuk mengunyah.
Sehan mengerutkan alisnya. Tidak biasanya Bella diam saja seperti ini, biasannya kan cewek bermata bulan sabit ini selalu banyak tanya. Apalagi jam pulangnya yang lumayan sedikit terlambat.
Sehan membenarkan posisi duduknya. Lalu, berdeham. "Eum... Jingga mana?" Bella hanya menaikan bahunya. Matanya sama sekali tidak melirik Sehan yang ada di samping kanannya. Wajah Sehan masih terheran, ia masih bingung dengan sikap Bella yang tiba-tiba dingin kepadanya.
Bella memutar bola matanya. Ia pikir mulai bosan dengan acara tontonan mingguan yang kerapkali terulang. Mengambil remote lalu, mematikan televisinya. Minuman kaleng rasa lemon yang belum di bukanya sama sekali, di bawa kembali.
Mata Sehan mengikuti setiap pergerakan Bella. "Kalo gak di minum buat gue aja." Suara beratnya meminta, Langkah Bella terhenti sejenak. "Ini punya aku, kamu ambil sendiri." Bella melanjutkan langkahnya kembali ke arah dapur. Sehan menyipitkan matanya lalu menyusul.
Tangan mungil itu hendak mengembalikan minuman kaleng ke dalam kulkas. Sehan mencekalnya. "Lo kenapa sih?" Bella masih diam, matanya ogah menatap Sehan. "Lo gak punya mulut?" Nadanya ketus, Bella mendelik.
"Punya."
"Terus kenapa gak jawab? Gue kan nanya."
"Emang harus banget jawab?" Sehan membuang nafas enyah. "Lo kok ngeselin sih." Bella menarik lengannya dari genggaman Sehan. "Udah ah, jangan ngomong sama aku."
"Gak bisa. Gue mau Lo jawab pernyataan gue yang tadi." Sehan mulai memberi penekanan pada Bella. Mata Bella menatap sinis lalu pergi. Sehan menahan lagi, ia memutar tubuh Bella hingga menghadapnya.
"Lo marah sama gue?"
Pertanyaannya menatap dalam. Bella mendongak. "Aku gak marah. Aku cuma kesel. Kamu bilang tadi mau ajak aku pulang bareng, aku udah nunggu. tapi kamu gak ada." Tanpa basa-basi lagi Bella langsung to the point pada Sehan. Cowok ketus itu memejamkan matanya.
"Soal itu, sorry. Tadi gue lupa." Bella mengerutkan alisnya kecewa. "Kamu punya ponsel kan? Seharusnya kabarin kalo emang gak jadi. Aku udah nunggu lama." Kali ini sedikit mengerucutkan bibirnya.