[ 250! SEHAN ]
Menjadi diri sendiri akan lebih baik, tak perlu dengar apa kata orang.
Begitulah Sehan, berperilaku semaunya tanpa campur nasihat orang, termasuk orang tuanya.
Tabiat Sehan memang sangat gila jika terus di layani. Ketus, dan dendam ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya Happy reading...
❌❌❌
Sudah satu minggu, setelah kepergian Renata. Sehan masih belum bangun dari komanya. Empat hari yang lalu, Sehan baru saja di pindahkan ke rumah sakit di Bandung. Johan yang meminta, agar lebih dekat pulang-pergi ke rumah.
Bella yang selalu mengunjungi rumah sakit sepulang sekolah. Jadi sering melamun tidak jelas. Pikirannya bukan hanya tentang Sehan yang belum juga siuman. Tapi, Renata. Bella selalu memikirkan keduanya sampai lupa dengan keseharian.
"Permisi?"
"Permisi?"
Tangan cukup mungil itu menepuk pelan pundak Bella. "Bella?" Lamunannya seketika itu buyar. Bella langsung menoleh ke sumber suara. "Y...a sus?" Ia sedikit gelagapan.
"Bella kenapa melamun?" Yang menepuk pundak Bella adalah suster yang merawat Sehan. Umurnya tidak jauh berbeda dengan mona, Ia juga sudah cukup mengenal Bella. Bella menyunggingkan senyum kecil sambil menggeleng. "Gapapa kok sus." Balasnya.
Suster itu juga sama halnya seperti Bella; menyunggingkan senyum kecil sambil mengangguk. "Bella, saya mau kasih tahu." Bella menautkan alisnya. "Kasih tahu? Kasih tahu apa sus?" Suster itu malah tersenyum. "Lima menit yang lalu Sehan baru saja siuman."
Ucapan suster itu membuat Bella menutup mulutnya. Spontan ia memeluk suster itu. "Astaga suster... Saya gak tahu lagi harus gimana..." Suaranya tampak gemetar, matanya berkaca-kaca menahan tangis.
Suster itu melepaskan pelukan Bella kemudian memegang pundaknya. "Kamu hanya perlu bersyukur. Saya juga senang, Sehan sudah siuman dari komanya, dokter Wili juga sudah periksa kondisi Sehan. Hari ini Sehan sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat inap." Jelasnya ikut mensyukuri keadaan Sehan yang mulai pulih.
Wajah Bella tampak memelas. "Makasih banyak sus..." Bella tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menuturkan ucapan 'terima kasih' sambil menangis.
"Sus apa sekarang saya boleh lihat Sehan ke dalam?" Bella mengusap air matanya. Tentu suster itu langsung mengangguk. Tanpa banyak bicara lagi, Bella langsung masuk ke dalam ruang ICU, meninggalkan suster itu begitu saja. Suster itu hanya tersenyum melihat punggung Bella yang semakin menghilangkan dari pandangnya.
Kemudian, pergi. kembali melanjutkan pekerjaannya lagi.
Bella yang tampak sedang memakai pakaian khusus untuk di ruang ICU. Terus terisak tanpa henti, sejak tadi ia mencoba menstabilkan nafasnya. Beberapa kali juga Bella mengusap air matanya yang lolos jatuh ke pipi mulusnya.
Ia tidak ingin menangis saat bertemu Sehan nanti. Bella menarik nafasnya kemudian membuangnya sebelum, ia berjalan untuk menemui Sehan.
Dari jauh Sehan sudah terlihat terbaring dengan mata yang setengah terbuka. Mata Bella kembali menangis sambil menutup mulutnya. Sampai akhirnya ia bisa melihat Sehan dari dekat. Cowok ketus itu tampak lemah, bawah mata yang sedikit menghitam. Bibir pucat yang mengering.