Jangan lupa tinggalkan jejak ya
Happy reading❌❌❌
"Come on, Strom!"
Sehan bergumam seusai memecut kuda putih pacuannya. Hentakan kaki kuda dari tiga belas penunggang bergemuruh mengisi Tribun yang tidak kalah bersorak-sorai. Pertandingan semakin sengit, hanya tinggal beberapa meter lagi mereka menginjak garis finish.
Jordan, kuda coklat dari Ambarawa yang menjadi tandingan Strom kali ini. Kecepatan lari keduanya hanya berselisih satu dari 88 Km/jam. Sehan tak pernah lelah memecut Strom agar kecepatan berlarinya mencapai titik maksimum.
"SEHAN!"
"SEHAN!"
"SEHAN!"
"KELVIN!"
"KELVIN!"
Penggemarnya meneriaki masing-masing jagoannya. Jarak tempuh garis finish kini, hanya lima kilometer lagi. Strom dan Jordan menjadi kuda dengan posisi terdepan dari sebelas penunggangnya.
4 km...
3 km...
2 km...
1 km...
FINISH!
"WOAH!!!"
Garis finish dan sorakan penonton menjadi tanda bahwa pertandingan telah selesai. Entah Strom atau Jordan yang akan membawa pulang kemenangan. Penginjakan garis finish yang tak jauh berselisih akan di tayangkan ulang dalam tanyangan slow motion.
Sehan menghentikan kudanya saat sampai di area peristirahatan milik Strom. Ia di sambut hangat oleh coach dan beberapa staf dari tim pacuannya. "Good job, man! Are you ok?" Tanya Horles coachㅡ berdarah Australiaㅡ dengan senyuman senang sambil menepuk bangga pundak Sehan. Sehan hanya mengangguk turun dari atas punggung Strom. Nafasnya masih tersengal-sengal.
Strom di bawa ke kandang oleh staf untuk sejenak di beri kesempatan stay apparatus. Sehan masih mengatur nafasnya seusai meneguk habis air mineral 600 ml. Matanya menatap ke arah Tribun yang begitu padat dengan penonton.
Sehan menatap coach- nya. "What time is it?" Horles mengangkat lengannya menatap arloji. "Half eleven, why?" Penasaran Horles. Sehan menghela.
"Masih ada waktu." Gumamnya. Sehan memberikan botol kosong air mineral ke atas tangan coach- nya. "I'll be gone for a bit." Ia mulai beranjak dari sana. Horles tampak kebingungan. "Where?!"
Sehan tidak memberitahu Horles ia akan pergi kemana. "Sehan!" Teriak Horles. Tapi, Sehan sama sekali tidak menoleh ia terus berlari kecil keluar dari arena pacuan kuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
250! SEHAN
Teen Fiction[ 250! SEHAN ] Menjadi diri sendiri akan lebih baik, tak perlu dengar apa kata orang. Begitulah Sehan, berperilaku semaunya tanpa campur nasihat orang, termasuk orang tuanya. Tabiat Sehan memang sangat gila jika terus di layani. Ketus, dan dendam ya...