20 comment 20 vote bisa?
Sehan mematikan mesin motornya saat sudah sampai di pekarangan rumahnya.
Senja yang semula menghiasi langit sore, kini, mulai meredup di gantikan dengan warna hitam tak pekat dan bintang yang terlihat kecil mulai bermunculan.
Salah satu anak kucing berbandul liontin perak pun menghampiri Sehan. sedikit berlari, lalu mengintari kakinya sambil mengeong.
Sehan menunduk menatap anak kucing itu, lalu, turun dari motornya dan melangkah mengambil satu kantung makanan kucing.
"Nih."
Sehan melemparkan beberapa butir makanan kucing itu ke lantai.
Tak menghiraukan cara makan kucing kecil itu, Sehan pun masuk ke dalam.
Dia masih mengenakan pakaian basket, keringat yang tampak bercucuran pun terlihat jelas dari dada, leher dan punggungnya yang basah.
Sehan meneguk satu gelas air saat pergi ke dapur, dan netra hitamnya menemukan sebungkus nasi goreng di atas meja makan.
Mata nya menggeledah isi rumah, sepi. Dan kebetulan lapar juga karna tadi istirahat hanya makan batagor, itupun tidak habis karena di minta pacarnya, Renata.
Sehan menaikan bahunya dan alisnya, tangannya menarik satu kursi. setelah itu melahap nasi goreng yang entah punya siapa?
Bella yang baru saja keluar dari kamar mandi, mengusap rambutnya dengan handuk. Langsung mendapati sosok Sehan yang sedang duduk di meja makan.
"Lho?" Bella mengernyit.
"Apa sih! Berisik, tadi kan di luar gue udah kasih makan."
Decak Sehan saat kucing kecil bernama jingga, terus mengintari kakinya dan kaki kursi.
"Masuk dari mana lagi. gue kan udah tutup pintu."
Lanjutnya, Kini, menatap jingga yang terus mengeong. Seperti minta di angkat dan dielus, diatas pangkuannya yang hangat.
"Gak usah sewot gitu, jingga kan masih kecil."
Sambar Bella dari belakang lalu memangku jingga di bawah dadanya sambil mengelus-elus sayang. Dengan handuk yang masih tersampir di pundaknya.
"Ribet!" Ketus Sehan tanpa melirik.
"Kok pulang kesini?" Heran Bella belum lepas dari tubuh si kucing mungil, jingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
250! SEHAN
Teen Fiction[ 250! SEHAN ] Menjadi diri sendiri akan lebih baik, tak perlu dengar apa kata orang. Begitulah Sehan, berperilaku semaunya tanpa campur nasihat orang, termasuk orang tuanya. Tabiat Sehan memang sangat gila jika terus di layani. Ketus, dan dendam ya...