[ 250! SEHAN ]
Menjadi diri sendiri akan lebih baik, tak perlu dengar apa kata orang.
Begitulah Sehan, berperilaku semaunya tanpa campur nasihat orang, termasuk orang tuanya.
Tabiat Sehan memang sangat gila jika terus di layani. Ketus, dan dendam ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya... Happy reading
❌❌❌
"Sehan nanti dulu."
Bella menarik lengan Sehan, setelah keduanya turun dari motor. Mata Sehan menatap Bella. "Apa?"
"Kenapa pulang kesini?"
"Mama mau ketemu kita."
Ya, tadi itu saat di kantin. Sehan memanggil Bella untuk mengajaknya pulang, Bella kira mereka akan pulang kerumahnya. Tapi, ternyata Sehan membawa Bella kerumah mertuanya.
Lagi-lagi Bella menarik lengan Sehan. "Aku malu..." Sehan menghela sedikit. Wajah Bella memohon padanya untuk tidak masuk kedalam. "Ini rumah mama. Kenapa harus malu sih." Alis Sehan di takutkan.
"Aku belum biasa ketemu mama." Tangannya belum lepas dari sana. "Apa bedanya rumah ini sama yang disana? Sama-sama rumah kan." Sehan mulai melangkahkan kakinya kembali. Bella menahan sehan, menaikan bibir bawahnyaㅡmenggeleng.
"Pulang aja ya..."
Suaranya merajuk. "Udah sampe sini tanggung." Sehan menarik tangannya menolak. "Please..." Telapak tangan Bella di gesek-gesek memohon. Sehan menatap malas, tidak peduli dan hendak masuk lebih dulu. "Sehan." Bella mencegahnya lagi.
"Apalagi sih...?"
Bella malah diam. "Cepet masuk atau enggak?" Mulut Bella masih bungkam. Wajahnya berfikir, lagi-lagi tidak menjawab. "Gak usah mikir kelamaan."
"Cepetan..." Sehan memberikan telapak tangannya ke hadapan Bella. Kali ini Sehan mengajaknya bersama. "Lama." Tangan Sehan menggenggam lengan Bella. Dan langsung mengajaknya ke dalam tanpa persetujuan.
"Sehan pulang..."
Beritahu sehan, setelah membuka pintu utama. Nuansa putih dan coklat susu menjadi dominan aesthetic saat menginjakkan kaki di ruang tengah. Tangan Bella masih di genggaman Sehan. "Duduk sana." Sehan menoleh menyuruh Bella untuk duduk di ruang tamu.
Kepala Bella menggeleng. "Nggak mau malu." Sehan memutar bola matanya. "Malu-malu terus. Kapan majunya." Ia hendak melepaskan tangannya tapi Bella belum mau melepas. "Mau kemana?"
"Panggil mama."
"Ikut."
Bella semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Sehan. "Astaga, cuma manggil. Gak bakal gue tinggalin."
"Ya udah sekalian panggil mama. Sekalian aku ikut juga, aku malu duduk disini sendirian. Nanti kalo tiba-tiba papa kamu pulang. Terus liat aku, aku harus ngomong apa? Canggung..."
Bella mengecilkan volume suaranya di akhir kalimat. Mata Sehan melirik, "papa pasti seneng lo dateng." Kaki Sehan di langkahkan kembali. Bersamaan dengan Bella yang masih di genggamannya mengekori.