[ 250! SEHAN ]
Menjadi diri sendiri akan lebih baik, tak perlu dengar apa kata orang.
Begitulah Sehan, berperilaku semaunya tanpa campur nasihat orang, termasuk orang tuanya.
Tabiat Sehan memang sangat gila jika terus di layani. Ketus, dan dendam ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya Happy reading...
❌❌❌
Kepala itu hanya bisa tertundukㅡterisak Sendu di tengah lorong ruang ICU. Kepahitan selama ini ternyata belum cukup untuk hatinya. Kenyataan buruk kembali terdengar menimpa untuk dirinya. Ternyata tangis hati dan jiwa masih terus mengiringi setiap langkah Bella.
Mendengar kecelakaan yang terjadi pada Sehanㅡ jugaㅡ Renata. Hanya membuat Bella terdiam tanpa kata, bibir itu terlalu pucat untuk bertahan dari kesedihan.
Bella tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nantinya dengan Sehan dan Renata. Sudah dua hari, keduanya masih setia terbaring di atas ranjang dengan alat yang membantu untuk mereka bertahan.
Tangis itu tidak pernah mereda, hatinya tidak pernah tenang. Kegelisahannya pada Sehan masih bersikukuh di perlihatkan, Bella tidak tahu harus apalagi.
Azura, Biggo, kwaki juga Syerin. Baru saja pulang ke Bandung sore tadi. Setelah Bella mengatakan baik-baik saja, padahal hanya dusta di ujung bibirnya.
"Bella!"
"Bella!"
"Mama..." Tangis itu semakin menjadi, saat ibu mertuanya baru saja datang mengunjungi rumah sakit. "Bella... ada apa dengan Sehan." Wanita itu tampak terisak memeluk Bella yang terduduk lemah. Johan hanya ikut mengusap punggung istrinya.
"Maafin Bella ma..."
Pelukan itu semakin mengerat, tidak ada yang lebih baik dari pelukan Mona sejak kemarin. "Enggak, Bella gak salah sayang. Ini kecelakaan yang menimpa Sehan..." Pelukan itu terlepas, Mona mengusap wajah Bella yang begitu sembab.
Mona mencoba menguatkan dirinya agar tidak terus menangis di hadapan Bella. "Dokter bilang apa? Sehan kenapa?" Pertanyaan itu tampak terburu-buru.
"Ma..." Johan mencoba menenangkan istrinya. "Sehan..." Suara lirih itu kembali menyambut walau tampak sesegukan.
"Dokter bilang Sehan koma, dan sampe hari ini kondisinya belum membaik..." Penjelasan Bella bagaikan pedang tajam yang menusuk hatinya. Mona menutup mulut itu pasrah, Johan hanya bisa menerima dan mengusap wajahnya.
Pelukan hangat kembali mengimbangi ketiganya. Tidak ada yang bisa di lakukan, hanya tangis yang menyeruak mewakili.
"Sudah-sudah..." Johan tampak menyeka air mata Mona kemudian bergantian pada Bella.
"sebaiknya kita berdoa yang terbaik untuk Sehan. Ya?" Anggukan Johan cukup meyakinkan, kalau putranya akan baik-baik saja. "Bella, sebaiknya istirahat ya. Papa juga gak ingin kamu sakit." Tangannya mengusap surai coklat milik Bella.
"Malam ini, biar papa dan mama yang di rumah sakit." Johan menggerogoh saku celananya. "Ini kunci mobil untuk Bella cari penginapan sekitar sini. Bella nurut ya sama papa?" Kunci mobil itu di letakan di atas tangan yang dingin. Mona mengusap air matanya. "Iya sayang, Bella nurut ya sama kami?"