[ 250! SEHAN ]
Menjadi diri sendiri akan lebih baik, tak perlu dengar apa kata orang.
Begitulah Sehan, berperilaku semaunya tanpa campur nasihat orang, termasuk orang tuanya.
Tabiat Sehan memang sangat gila jika terus di layani. Ketus, dan dendam ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa tinggalkan jejak Happy reading
❌❌❌
Bruk!
"Eh... Sorry."
Renata memunguti beberapa barangnya yang jatuh. Sehan ikut berjongkok untuk membereskan. "Hati-hati." Tuturnya sambil menyodorkan kacamata renang milik Renata. "Makasih." Ia menyunggingkan senyumnya.
"Sehan."
Nama itu kembali di panggil setelah satu Minggu hubungannya selesai dengan cowok ketus itu. Mereka tidak pernah mengabari satu sama lain lagi. Hanya lapangan pacuan kuda yang menjadi obrolan terkahir mereka seminggu yang lalu.
"Kenapa?" Sehan memasukan tangannya kedalam saku. "Soal di lapangan waktu itu..." Kalimatnya di jeda.
"Aku... Minta maaf ya..." Renata menatap Sehan tanpa basa-basi. Tidak ada respon lebih dari sehan. Cowok ketus itu hanya menghela kecil. "Udah lewat. Gak usah di bahas." Renata mengangguk kecil, lalu menyibak rambutnya ke belakang. Kalung berbalut perak dengan liontin kepala kuda itu, mengalung bebas di leher putih Renata.
Sehan sempat menelak-nelak. Ia tidak salah, kalung ini benar-benar sudah ia buang tempo hari. Tapi, mengapa masih mengalung di leher Renata?
"Sehan?"
Renata mengibaskan tangannya di depan wajah Sehan. "Ada apa?" Sehan mengerjapkan matanya beberapa detik. "Kalung itu..." Sengaja Sehan tidak melanjutkan kalimatnya. Renata langsung menyadarinya dan memegang kalungnya.
"Ah ini. Maaf ya, aku masih pake. Aku masih nyaman sama kalungnya." Jujur Renata tanpa canggung. Mata Sehan hanya fokus pada Kalung Renata. "Gapapa kan? Kalo aku masih pake kalung ini?" Renata kembali bertanya.
"Pake aja."
"Makasih..." Renata hendak pergi tapi mengehentikan langkahnya kembali. "Kamu mau latihan?" Sehan mengangguk. "Mau pergi bareng?" Renata mengajak kembali. Tidak ada salahnya juga kan? Mereka hanya pergi ke gedung bersama. Sehan mengiakan, Langkahnya kembali di lanjutkan.
Berbagai gerakan Bella lakukan dengan bebas di tengah lapangan ice skating itu. Kaki dan tangannya yang sudah luwes, tanpa ragu Bella melangkah kesana-kemari dengan lincah. Kibasan angin yang dibuatnya menerpa wajah Bella tanpa halang. Bella menjeda latihannya sejenak, menghampiri beberapa teman clubnya yang sejak tadi sudah bersantai di ambang lapangan.
"Minum bel."
Audy. Teman seangkatannya menyodorkan air mineral yang hampir tidak dingin lagi itu. Bella membuka toe pick di sepatunya, lalu mengambil botol mineral dari tangan Audy. "Makasih dy." Tuturnya sembari duduk dan meluruskan kakinya.
Bella meneguk setengah botol air mineralnya. Mata Bella memperhatikan setiap pergerakan teman laki-laki maupun perempuannya yang sedang berlatih. Tapi, tanpa sengaja. Mata berbentuk bulan sabit itu menemukan sosok Sehan dan Renata yang sedang berjalan bersama dari balik pembatas lapangan.