[ 250! SEHAN ]
Menjadi diri sendiri akan lebih baik, tak perlu dengar apa kata orang.
Begitulah Sehan, berperilaku semaunya tanpa campur nasihat orang, termasuk orang tuanya.
Tabiat Sehan memang sangat gila jika terus di layani. Ketus, dan dendam ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❌❌❌
Sehan menopang dagu dengan satu tangannya. Matanya menatap ke arah lapangan yang terguyur derasnya hujan. Padahal pagi tadi cuacanya cerah, tapi ternyata, Ketetapan semesta tidak bisa di tebak-tebak asal oleh logika manusia, begitupun Sehan.
Tempat duduknya bersebelahan dengan jendela kelas. Jadi Sehan lebih leluasa untuk melihat pemandangan Sekolah yang lumayan masih asri. Banyak pepohonan dengan daun yang rapat untuk menutupi teriknya matahari, atau bahkan gerimis kecil.
Walaupun tak seguna itu jika turun hujan semakin lebat.
"Han, liat apa sih?"
Kwaki menegur nya, setelah menutup buku catatan kimia yang baru saja ia selesaikan. Hari ini, Bu Rika selaku guru pembimbing kimia, sedang berhalangan hadir. Jadi Bu Rika meminta sekretaris kelas untuk menulis beberapa materi di papan tulis, lalu yang lain mencatat.
"Bosen."
Sehan menarik nafasnya berat. Kwaki melirik papan tulis. "Kalo bosen, ya nyatet kayak gue." Sarannya menunjuk diri.
Gumam kwaki sebelum mengeluarkan buku matematika wajibnya dari dalam tas.
❌❌❌
Bella menggetarkan satu kakinya di penyangga kaki meja. Mimik wajahnya tampak panik saat melihat beberapa soal yang masih belum terisi. Bahkan setengahnya masih utuh.
"Sepuluh menit lagi, ya."
Pak Gino tiba-tiba membuka suara, mengisi keheningan kelas XII IPA 6. Yang sedang mengerjakan soal ulangan harian matematika wajib darinya.
Sudah menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal, mengigit kuku, bahkan mencoret-coret tidak jelas lembar soal ulangannya. Bella tetap saja belum menemukan cara untuk mengerjakan soal yang terdiri dari dua puluh esaii itu.