Chapter 29

13.2K 227 34
                                    

✧ ⃟ ⃟ ━━━HAPPY READING━━━ ⃟ ⃟ ✧

Beberapa minggu telah berlalu. Tidak ada masalah yang menyelimuti rumah tangganya dengan Rico. Semuanya berjalan dengan baik. Akan tetapi Kania merasa sedikit aneh ketika Rico pulang larut malam dengan alasan lembur.

Ia berfikir suaminya masih suka mabuk-mabukan. Akan tetapi ia tidak berani untuk menanyakan hal itu kepada Rico. Setiap hari rasa sayangnya kepada Rico semakin bertambah, mungkin sudah berubah menjadi cinta. Rico sangat mengayomi hidupnya, menghargai dirinya, serta melindunginya.

Saat ini, Kania sedang menunggu kepulangan Rico karena hari ini Rico berjanji akan pulang lebih awal. Ia juga merasa bahagia mendengar kabar pernikahan sahabatnya, Elma. Yang tinggal menghitung hari.

*****

Sementara Rico saat ini tengah memakai kemejanya. Diatas ranjang terdapat Helena yang menutupi tubuhnya dengan selimut.

Ya, benar. Mereka baru saja selesai melakukan hubungan intim. Helena merengek agar Rico tidak meninggalkannya karena ia merasa kesepian. Namun, Rico sudah berjanji kepada Kania bahwa ia akan pulang cepat hari ini.

"Kania terus yang kamu pikirin! Aku ini pacar kamu! Aku yang lebih dahulu memilikimu dari pada Kania!" Gerutu Helena sembari menatap Rico yang tengah mengancingkan kancing kemejanya.

Rico mengambil jas-nya dan menoleh kearah Helena. "Sebentar lagi sayang, kita akan bersatu setelah semuanya sudah berada di tanganku."

"Aku bosan mendengar kata tersebut yang terus keluar dari mulutmu. Kamu tidak memberiku kepastian, aku benci situasi ini."

Rico membelai rambut Helena. "Papa sudah menuliskan surat wasiat. Seluruhnya akan jatuh ke tanganku. Sabar, tinggal menunggu waktu."

"Jadi kita harus menunggu sampai Om Mario mati?"

Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Helena, Rico naik pitam.

"Jaga mulutmu Helena, dia orang tuaku! Tidak ada seorang Anak yang ingin orang tuanya mati!" Bentak Rico.

Helena kaget bukan main karena bentakan Rico. Matanya berkaca-kaca ingin menangis, ia hanya diam dan memalingkan pandangannya dari Rico.

Melihat hal itu, Rico langsung merasa bersalah. Ia duduk di tepi ranjang sembari merangkul bahu Helena.

"Maaf sayang, aku tidak bermaksud memarahimu. Semuanya sudah jatuh kepadaku, namun semuanya masih bisa berubah. Kamu sabar ya,"

Dalam batin Rico berkata. 'Apa aku harus berharap agar Papa cepat mati? Tidak, aku sangat menyayanginya. Tapi aku juga menyayangi Helena, dan kalau aku menikah dengannya. Papa tidak akan memberiku warisan sedikitpun. Aku benar-benar bingung.'

"Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu. Aku akan tetap mencintaimu sampai kapanpun." Rico mencoba meyakinkan Helena.

Helena hanya mengangguk mengerti, Rico mencium kepala Helena lalu berpamitan pergi. Helena hanya menatap kepergian Rico sembari terus menutupi tubuhnya yang masih telanjang bulat dengan selimut yang ada di ranjangnya.

'Aku sudah tidak bisa menunggu lagi Rico. Jika menunggu kematian Mario Hendrawan membutuhkan waktu yang lama. Maka aku akan mempercepat semuanya. Kita akan segera bersatu.' Batin Helena.

MY HUSBAND IS BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang