✧ ⃟ ⃟ ━━━HAPPY READING━━━ ⃟ ⃟ ✧
Satu minggu berlalu setelah perceraian Rico dan Kania. Keadaan Rico semakin memburuk, ia sering mengurung diri di dalam kamar dan melupakan urusan pekerjaannya.
Semua masalah ini membuat kepala Rico sakit. Ia tidak bisa berpikir dengan jernih apalagi Ibunya masih terbaring di Rumah Sakit.
Dua hari lalu seseorang memecahkan kaca rumahnya dengan cara melemparkan sebuah batu yang berukuran cukup besar. Di batu tersebut terdapat sebuah kertas yang diikat dengan tali.
Ketika Rico mengambil kertas tersebut, ia membaca pesan yang ada di dalamnya.
"Jangan senang dulu, hidupmu belum aman! Nyawamu dalam bahaya! Jangan bergantung banyak dengan polisi!" Gumam Rico membaca pesan tersebut.
Ia merobek-robek kertas tersebut lalu berteriak dengan keras hingga membuat Bi Sari kaget sekaligus ketakutan.
Itulah awal dari semuanya, Rico menjadi kehilangan semangat hidupnya. Ia sering menangis sendirian, lalu tertawa sendirian, marah sendirian, begitu seterusnya. Hingga akhirnya Clara menyadari kondisi Rico.
Clara masuk kedalam kamar Rico tanpa mengetuk pintu setelah mendengar cerita dari Bi Sari. Ia kaget melihat Rico yang lusuh tengah duduk sembari menatap foto pernikahannya dengan Kania.
Dengan cepat Clara langsung menghampiri Rico dan duduk disampingnya. "Rico? Lo kenapa seperti ini?" Suara sendu Clara didengar oleh Rico.
Rico menoleh kearah Clara dan tersenyum hambar. "Semalam Kania tidur di sampingku. Tapi kenapa tadi pagi dia tiba-tiba hilang dan meninggalkanku? Kenapa? Kenapaaa!"
Rico berteriak lalu berdiri dari ranjang kemudian ia membanting figura yang ia pegang hingga pecah.
"Kamu jahat Kania kamu jahat!" Teriak Rico histeris sembari menunjuk foto Kania dengan jari telunjuknya.
Clara kaget sekaligus tidak percaya dengan kondisi sahabatnya saat ini. Ia menutup mulutnya dengan tangannya kemudian air matanya menetes.
Rico yang tadinya marah sembari menunjuk foto Kania kini tiba-tiba menangis. "Aku yang jahat Kania, Aku yang salah." Ia mulai bersimbuh sembari menyentuh figura yang kacanya pecah.
Clara langsung memegang bahu Rico dan menuntunnya untuk berdiri. Ia menghapus air mata sahabatnya sementara dirinya terus menangis.
"Rico, kamu bisa. Kamu bisa melewati semua ini kamu bisa hiks hiks hiks." Clara tidak kuat menahan tangisannya. Ia langsung memeluk Rico dan menarik histeris di pelukan Rico.
"Clara? Lo nangis kenapa? Lo gila ya tiba-tiba nangis?" Balas Rico dengan polosnya.
Clara menatap wajah Rico, ia melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya. "Kita pergi ke Dokter ya? Biar cepet sembuh."
"Dokter? Gue ga sakit Clara, gue mau disini menemani Kania Istri gue." Rico tersenyum lebar seolah-olah menertawai Clara yang menurutnya tidak jelas.
"Tapi, Kania sekarang pergi. Gue mau Kania! Kania!" Senyuman Rico pudar digantikan wajah sedihnya yang kini menghiasi wajahnya. Rico duduk kembali di ranjangnya lalu mengambil guling yang sudah ia tempelkan foto Kania di guling tersebut. Rico memeluk guling tersebut sembari berbicara sendiri seolah-olah tengah berbicara dengan Kania.
"Kania aku kangen kamu, kapan kita bisa bertemu. Pasti kamu juga kangen aku kan?"
"Apa? Minta es krim? nanti kita beli bareng ya. Tapi kamu janji ya, gaboleh ninggalin aku."
Rico mengangkat jari kelingkingnya kearah guling seolah-olah tengah berjanji. Clara langsung mendekati Rico.
"Rico, ayo ke Dokter! Ini masalah serius hiks!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS BADBOY
Romantizm🔞WARNING!🔞 • Mengandung konten dewasa (18+) • Terdapat beberapa kata kasar dan umpatan Dimohon untuk bijak dalam memilih bacaan. -------------------------------------------- Kania Indriana, gadis polos yang mau tidak mau harus menikah dengan CEO...