✧ ⃟ ⃟ ━━━HAPPY READING━━━ ⃟ ⃟ ✧
Suara alarm menganggu tidur Rico. Rico membuka matanya dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia juga merasakan tangan Kania yang masih memeluknya dalam kondisi tidur.
Rico tidak tega untuk membangunkan Kania karena sepertinya Kania juga sangat kelelahan. Tetapi sayang, gerak tubuhnya membuat Kania yang tertidur terbangun.
Kania mengucek kedua matanya lalu membuka matanya. "Rico, gimana kondisi kamu?"
Rico masih terbaring dengan kondisi yang sepertinya semakin buruk. Kania mengambil sapu tangan di dahi suaminya lalu memegang dahi suaminya.
"Aku akan panggil dokter." Ucapnya ketika mendapati badan Rico masih panas. Ia juga melihat kearah alarm, ia kaget.
"Aku juga kesiangan, aku belum masak." Gumamnya.
Rico hanya diam sembari menatap Kania dengan tatapan sayu. Badannya terasa sakit dan meriang, ia memilih untuk memejamkan matanya.
"Aku keluar sebentar." Ujar Kania yang tak di hiraukan oleh Rico. Dengan cepat ia keluar dari kamar dan menuruni tangga.
Ketika sampai di dapur, ia melihat ayah dan ibu mertuanya tengah duduk di meja makan.
"Kania, Rico mana? Kondisi Rico sudah baikan?" Tanya Nissa Hendrawan.
Kania menjelaskan bagaimana kondisi Rico saat ini. Mendengar hal itu, Nissa Hendrawan panik dan langsung kehilangan selera makannya.
Ia langsung berdiri dari meja makan dan berjalan menuju kamar Rico. Kania mengikutinya sementara Mario Hendrawan terlihat lebih santai daripada istrinya.
"Rico, Rico." Ujar Nissa Hendrawan menyerukan nama putranya. Ia masuk kedalam kamar dan melihat Rico yang masih memejamkan mata.
Kania dapat melihat kepanikan di wajah Nissa Hendrawan. Tak berapa lama kemudian, Mario Hendrawan masuk kedalam kamar.
"Sudahlah Ma. Rico bukan anak-anak lagi. Dia juga sudah punya istri, kamu tidak perlu berlebihan."
Nissa Hendrawan tak menggubris ucapan suaminya dan terus memegangi dahi putranya.
"Papa sudah panggilkan dokter pribadi keluarga kita. Lima belas menit lagi dia sampai. Sudah, jangan terlalu khawatir. Rico baik-baik saja."
Kania berusaha menenangkan ibu mertuanya. Hingga beberapa saat kemudian, dokter datang dan memeriksa kondisi Rico.
"Bagaimana kondisi Putra saya?" Tanya Nissa Hendrawan panik.
"Sejauh ini, Pak Rico hanya demam biasa ditambah masuk angin. Beliau hanya perlu istirahat dan makan minum dengan teratur."
Mendengar hal itu, semua orang bernafas lega.
"Saya akan tuliskan resep obat untuk mempercepat kepulihan Pak Rico."
Setelah itu mereka semua berterima kasih kepada dokter tersebut. Mario Hendrawan mengantarkan dokter tersebut sampai depan sembari menerima resep.
"Kania, Nak. Kamu dirumah saja ya jagain Rico. Mama mau nebus obat sementara Papa masih ingin pergi ke kantor karena suntuk dirumah."
Kania mengangguk paham lalu Nissa Hendrawan keluar dari dalam kamar. Kania menghampiri Rico, Rico membuka matanya.
"Kania."
"Hmm?"
"Apakah kamu mencintaku?"
Pertanyaan Rico yang spontan tersebut langsung membuat Kania diam seribu bahasa. Kania bingung hendak menjawab apa sementara hatinya masih gamang dengan perasaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS BADBOY
Romance🔞WARNING!🔞 • Mengandung konten dewasa (18+) • Terdapat beberapa kata kasar dan umpatan Dimohon untuk bijak dalam memilih bacaan. -------------------------------------------- Kania Indriana, gadis polos yang mau tidak mau harus menikah dengan CEO...