Okeey, pertama-tama mari berdoa dulu. Siapkan diri tenang di awal okey, kalau ada yang naik tekanan darahnya bisa istirahat sejenak ya* 🤣🤣🤣. Sekali lagi mengingatkan pada para pembaca, untuk tidak membawa perasaan pada cerita ini ke tokoh nyatanya 🥰. Terima kasih ✨.
Mohon maaf banyak typo nya yaa 😭❤️✨✨✨ Selamat membaca ✨✨
❄️❄️❄️
Felix terduduk di lantai dengan sorot kosong. Orang-orang yang berlalu lalang melihatnya dengan tatapan ketakutan dan juga heran.
Hingga pintu lift terbuka dan Daegang keluar sembari menggandeng tangan anak kecil. Di tangan lainnya, anak kecil itu membawa sebuah kotak. Minjae mengerjab memandang sosok Felix yang kini sorot matanya terlihat lebih hidup.
Daegang mengambil kotak yang Minjae pegang untuk diberikan pada Felix. "Urus kucing ini dan berhenti berlaku seperti orang gila di depan lift." Daegang mengucapkan hal itu dengan ketus, namun ia langsung menggendong Minjae dan membawanya pergi.
"Apakah dia kerasukan sesuatu?"
Felix menjatuhkan rahangnya karena terperangah bukan main. Pria tampan itu menunduk dan melihat ada satu induk kucing dan 3 anak kucing lainnya.
Sedang di sisi lain, Minjae menolehkan kepalanya kesana dan kemari. Ia mengerjab dan melihat apartement Daegang yang luas.
"Eum, hyung?"
Daegang menaikan salah satu alisnya ketika Minjae memanggilnya dengan sebutan 'hyung'. "Ini dimana?"
Daegang mendudukan Minjae di sofa. Pria manis itu masuk ke kamar mandi dan mengganti pakaian. Minjae berbinar ketika ia melihat sosok yang awalnya terlihat menyeramkan dengan setelas jas seperti bos-bos penjahat yang ada di tv yang ia lihat di rumah tetangga pun berubah menjadi sosok keren seperti selebriti. Daegang hanya mengenakan kaos putih dan celana pendek berwarna cream selutut.
"Minjae, ayo bersihkan diri dulu baru paman akan mengobati luka Minjae." Daegang menggendong Minjae dan membawa anak kecik itu ke kamar mandi. Ia bahkan membersihkan tubuh Minjae tanpa mengeluh sekalipun.
Setelah selesai ia menutup tubuh Minjae dengan handuk. Daegang telah menyalakan penghangat ruangan, sehingga Minjae tidak akan merasa kedinginan. Pria manis itu meraih ponsel dan menanti sosok diseberang sana untuk menjawab. Terdengar suara kucing yang saling bersahutan, Daegang menahan tawa.
"Hei, apa yang kau maksud dengan mengurus kucing? Apa kau menyuruhku membuangnya atau merawatnya?"
"Jika ku suruh buang pun, kau tidak akan membuangnya!"
Lalu sosok itu terkekeh geli mendengar penuturan sahabatnya.
"Dengarkan aku, belikan pakaian untuk anak kecil. Kau perkirakan saja bagaimana ukurannya. Cepat! Jangan lama!"
"Kau berhutang penjelasan pad-"
Daegang langsung mematikan panggilan bahkan ketika Felix belum menyelesaikan kalimatnya. Pria itu mendekat sembari membawa kotak P3K ke arah Minjae yang duduk manis di sofa.
"Kenapa? Apa kau kedinginan?" Daegang duduk di disamping Minjae yang diam tak bergeming. Pria manis itu sesekali memandang wajah Minjae.
"Apa Minjae ingin menonton TV?"
"Apakah boleh?"
"Tentu, kenapa Minjae tidak bilang?"
Minjae hanya tersenyum dan tidak menjawab. Daegang paham bahwa anak kecil ini masih takut padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HEART
FanfictionNote: lanjutan book "Our Love", jangan coba-coba baca kalau gk kuat :") takut nanti nyesel :"), tapi makasih banyak kalau memang masih mau lanjut :") "Jika perlakuan mu kepada Na Jaemin di masa lalu mengatas namakan cinta mu yang membutakan segalan...