Chapter 4: Na Jaemin

17.4K 1.9K 1K
                                    

JANGAN SAMPAI ADA YG SALAH LAPAK YAA! BUAT READERSNIM JANGAN DIBAWA KE DUNIA NYATA, INI CUMA FIKSI!
Mohon maaf kalau ada Typo atau mungkin alur yang kurang nyambung ya. Nggak sempat edit 🥲🙏. Maaf ya.

Happy Reading

🍂🍂🍂
















Hari yang panjang...

Untuk mereka yang tengah berduka...

Di tengah mendungnya langit yang tak kuasa menampung bendungan air dalam arakan awan putih yang berubah menjadi kelabu.

Ada beberapa hati yang patah karena suatu kenyataan. Hari dimana mereka pulang ke rumah dengan duka yang dalam.

Seorang pria tiba di rumah untuk di sambut oleh seorang pria mungil yang memandangnya dengan sorot kesal.

"Park Jisung." Jisung hanya tersenyum getir menatap sosok Chenle yang berdiri diam di depan pintu rumahnya. Jisung memilih untuk mengabaikan pria manis itu, meskipun pada akhirnya ada tangan halus yang menggenggam lengannya.

"Apa?" Jisung bertanya dengan ketus. Suaranya tampak ditekan untuk menahan sesuatu, Chenle memandangnya dengan sorot khawatir.

"Apa kau baik-baik saja?"

Jisung memalingkan muka. Ia memilih untuk diam dan tidak menunjukan segalanya. Namun Chenle tetap memaksa pria itu untuk balas memandangnya. Dan dari pancaran mata sang dominan, Chenle bisa melihat kesedihan yang mendalam.

"Apakah ini akhirnya?" Pertanyaan yang Jisung lontarkan membuat kedua alis Chenle nyaris tertaut.

Pria itu mengepalkan tangan dan memalingkan muka untuk menyembunyikan butir air mata yang berjatuhan. Jisung menarik nafas panjang dan tetap tidak ingin memperlihatkan betapa sakit nya apa yang ia rasakan saat ini.

"Jisung-ah."

"Selamat." Jisung menghempaskan tangan Chenle. Ia menatap Chenle dengan sorot terluka di sertai air mata yang berjatuhan. "Ku ucapkan selamat untukmu dan kakak kesayanganmu. Kalian sudah menang. Kalian sudah memenangkan segalanya, kalian berhasil menghancurkan seseorang. Terima Kasih banyak Chenle-ssi." Jisung mengatubkan tangannya.

"Jisung-ah, apa maksudmu?!"

"Jangan pernah menemui ku lagi."

"PARK JISUNG!"

"APA?!"

Suara gemuruh berbunyi keras disertai kilatan petir yang membuat siapapun enggan tetap di luar. Menjadi saksi bisu pertengkaran sengit sepasang kekasih.

"Ada apa denganmu? Bagaimana kau bisa melakukan hal seperti ini pada kekasihmu sendiri?"

Jisung merosot seketika. Ia jatuh bersimpuh di hadapan Chenle dengan kepala yang tertunduk dalam.

"Bodoh, aku hanya pria lemah yang menjadi babu kekasihku sendiri."

"Park Jisung..katakan padaku, apa yang terjadi."

"Percuma. Kau tidak akan mengerti." Jisung tersenyum semakin getir. "Kau senang kan?" Jisung ingin tertawa melihat wajah tidak paham yang kekasihnya tunjukan. "Dia sudah pergi sangat jauh, kau senang kan? Dia tidak akan muncul lagi dihadapanmu.. dan kakak kesayanganmu itu. Kau senang kan?"

"Aku selalu bertanya-tanya apakah ini akhir dari kisah ini? Kisah cinta menyedihkan yang tidak berakhir bahagia untuk dia yang selalu dalam rasa sakit? Bukankah Tuhan tidak adil kepadanya?"

Jisung terisak. "Setidaknya berikan ia kebahagiaan, aku berjanji tidak akan mencarinya lagi jika ia bisa bahagia. Tapi kenapa akhir tragis harus menjadi akhir dari kisahnya. Kenapa rasanya sangat sakit ketika mengingat bagaimana terakhir kali ia menangis di hadapanku?! Kau bahkan dengan tega membiarkan ayahmu nyaris membunuhku hanya agar aku tidak lagi bertemu dengannya. Aku mencintaimu Chenle-yaa, tapi kenapa kau membuatku menjadi sangat membencimu di satu waktu yang sama?"

OUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang