Chapter 8: pilihan

12.8K 2K 1.2K
                                    


Readersnim, aku cuma minta satu hal aja sama kalian 🙏.

Book ini hanya untuk kesenangan aja ya, jangan jadikan book ini sebagai alasan untuk membenci tokoh nyatanya🙏
Sekali lagi cerita ini hanya fiksi bukan untuk dibawa ke Real. Tolong bedakan yang mana dunia fiksi dan yang mana dunia nyata.

Aku tau readersnim pada bijak kok ❤️❤️✨✨

Dari chapter pertama sampai akhir hal ini nggak akan bosan buat ku tegasin ke kalian setiap awal cerita yaa. Jadi jangan dibawa ke Real Yaa, kalau nggak sanggup jangan baca. 🙏🙏

🥀🥀🥀

Hari yang menenangkan. Ketika heningnya suasana dihiasi suara dedaunan yang saling bertubrukan ketika di hembus angin. Seorang pria dengan surai coklat gelapnya tengah terdiam di tempat sembari memejamkan mata. Menikmati hembusan angin musim semi yang menyejukan.

Dengan perut yang membesar tertutup kaos yang longgar tersebut.  Kedua tangannya bertumpu di belakang untuk menyangga tubuh. Wajah cantik nya nampak bercahaya di bawah sinar matahari yang menembus celah-celah dedaunan.

"Jaemin."

Sosok itu menoleh dan melihat nenek Han kini berjalan dengan perlahan mendekatinya untuk ikut mendudukan diri disampingnya.

"Kenapa diluar nak?"

Jaemin yang saat itu tengah hamil besar membantu nenek Han untuk duduk meskipun wanita tua itu sempat menolah berulang kali.

"Tidak apa, disini menyenangkan."

Nenek Han tersenyum. Kedua tangannya menggenggam tangan lembut milik pria manis tersebut.

"Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa kau baik-baik saja? Bagaimana kabar pangeran kecil ini hmm?" Jaemin tersenyum manis sembari saling bertemu pandang dengan nenek Han yang juga tersenyum lembut.

Pria manis itu tertunduk untuk melihat perut besarnya dan mengusapnya dengan lembut.

"Aku baik-baik saja nek. Dia tidak pernah mengusik ibunya, terkadang itu membuatku sedih." Senyuman yang menutup kesedihan dari wajah cantik tersebut. Jaemin tersenyum simpul dan memandang kembali ke arah nenek Han.

"Dia sebaik ibunya. Anak ini pasti menuruni sifatmu nak." Jaemin tersenyum. Kebahagiaan muncul dari gurat wajah yang selalu menyembunyikan dukanya.

"Benarkah?" Jaemin terkekeh pelan.

"Apa kau sudah memiliki nama untuknya?"

Jaemin terdiam. Senyumannya sedikit berkurang.

"Aku sudah memiliki nama untuknya." Jaemin tersenyum namun netra matanya sendu. "Seseorang yang akan menjadi bagian dari diriku. Bagian dari bahagiaku." Jaemin tersenyum dengan sangat leluasa. Seperti ada beban besar yang terlepas dari sosok tersebut ketika mengatakan bahwa sosok bayi di dalam perutnya adalah bagian dari dirinya yang penuh bahagia. Jaemin berharap Minjae akan bahagia, tidak seperti dirinya yang hanya dipenuhi sengsara.

"Nak." Jaemin menoleh ke arah Nenek Han. "Kemarin nenek melihat seorang pria mencarimu."

Jaemin melunturkan senyumannya. Raut serius kini menghiasi wajah cantik tersebut.

OUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang