Chapter 31: Lee Jeno [3]

12.8K 1.5K 1.1K
                                    

Guys! Tolong jangan bawa ke Real Life 😭
Kalau nggak kuat, angkat tangan Guys 😭😭
Ini cerita angst! Bukan comedy yang haha hihi, atau romance yg buat senyam-senyum 😭🙏🏻

Chapter ini keknya bakal ngandung bawang bgt, karena aku udh jadi korban duluan hahahahah. Jadi disaranin baca pas lagi sendiri ya 😭😭.
Kaenya loh yaa..  🌚














🌼🌼🌼















Hening.

Jeno terpaku memandang Taeil yang memberi jeda dalam ceritanya. Sorot matanya menampakan binar kebingungan yang membuat Taeil juga tak lepas memandang sepasang iris obsidian tersebut. Memperhatikan bagaimana setiap pergerakan dan respon yang diberikan Jeno ketika mendengar ceritanya.

"Bernafas Lee." Jeno kembali mengedipkan kedua matanya dan menoleh ke arah Daegang yang mengingatkan. Pria yang baru saja bersuara itu, tengah memandang lurus ke depan dengan raut dingin tanpa sedikitpun berniat melirik ke arahnya. Jeno menipiskan bibir dan tertunduk untuk menghelakan nafas. Manik matanya tertuju ke arah bekas luka samar di pergelangan tangan kirinya.

Doyoung memperhatikan Jeno dengan lekat. Ia meraih tangan Jeno dan menatap lekat bekas luka yang samar di pergelangan tangan tersebut. Lalu tersenyum getir dan menatap Jeno dengan sorot yang sulit diartikan.

"Kau yang meninggalkannya, lalu kau juga yang merasa paling dilukai. Bahkan Nana pun tidak pernah memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup."
Suara Doyoung bergetar, diiringi senyum getir yang menohok hati.

"Pernah." Daegang melirik sekilas, lalu kembali menatap ke manapun secara tak menentu. "Na Jaemin pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya, tapi Minjae menghentikan hal buruk itu terjadi. Saat itu dia tidak tau bahwa ia sedang mengandung dan mendadak perutnya keram dan terasa sakit bukan main sehingga ia urung melakukan bunuh diri." Suara helaan nafas yang berat terdengar sesaat dari Daegang, tepat etika pria itu memberi jeda dalam kalimatnya. "Sebenarnya bukan urung, tapi tubuhnya menjadi begitu tak berdaya karena rasa sakit pada perutnya. Jaemin sudah terlalu lelah dengan kehidupan, baik fisik ataupun batin. Dia hancur." Suara Daegang semakin pelan di akhir, mengabaikan tatapan mata ketiga orang di sekitarnya yang terlihat sendu.

"Lee Jeno."

Jeno mengepalkan tangan. Rasa sakit itu datang lebih menyakitkan lagi ketika suara itu menyebut namanya. Tatapan matanya lekat memandang wajah Daegang dari samping. Membuatnya terkadang lupa bahwa sosok disampingnya bukan Na Jaemin.

"Sebenarnya aku tidak peduli pada masa lalumu." Daegang masih tertunduk menatap ke arah kedua kakinya dengan santai, seolah hal itu lebih menarik dari pada mengamati reaksi lawan bicaranya. "Aku tidak peduli fakta bahwa kau pernah menderita dan bunuh diri, karena pada akhirnya kau melupakan semua itu dan hidup bahagia. Aku bersumpah bahwa aku sama sekali tidak peduli. Tapi disini aku hanya memberikanmu kesempatan untuk mengingat apa yang sudah kau lupakan. Cukup tau, apa alasanmu mati rasa pada istri pertamamu juga adalah karena obat-obatan yang diberikan keluargamu."

Jeno akhirnya bisa memandang iris coklat Daegang ketika pria itu menoleh ke arahnya dengan raut datar.

"Dan aku tetap tidak memiliki rasa kasihan padamu, karena aku tau— kau menginginkannya kan? Hidup bahagia tanpa bayang-bayang Na Jaemin dalam hidupmu. Mengingat bagaimana kau perlahan berpaling darinya dan mencintai Renjun, penyesalanmu saat ini tidak ada gunanya."

OUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang