Pas ku baca ulang chapter kemarin, ada beberapa percakapan atau kalimat yang hilang ternyata yaa. Hmm...
maaf kalau ada typo ya.. kalau ada yang ndak di paham bisa di tanya, komen aja langsung di paragraf itu juga.*Kalau aku ndak lupa, ku balas muehehe 🤣.
❄️❄️❄️
Seorang wanita yang usianya sudah tak muda lagi, melangkah perlahan di atas lantai dingin tanpa alas kaki. Ia menghidupkan sebuah kotak musik tua yang masih berfungsi dengan baik. Perlahan ia meletakan kotak musik tersebut di meja, seolah kotak itu akan hancur jika tidak diletakan secara perlahan.
Wanita tua itu menoleh dan tersenyum melihat seorang anak kecil yang terlelap dengan nyenyak di atas kasur. Wanita tua yang memiliki marga Han itu mendekat dan mendudukan diri secara perlahan. Seulas senyum terbentuk dan sepasang netranya memandang bagaimana lelapnya anak sekecil itu tidur di atas kasur lusuh miliknya.
Ia menelusupkan jari telunjuknya ke tangan mungil tersebut. Nenek Han tersenyum ketika melihat bagaimana tangan mungil dari bayi berusia 2 tahun itu hanya bisa menggenggam jari nya.
"Nak.."Nenek Han tersenyum dan membiarkan suara yang sedikit serak itu memecah sunyinya rumah tersebut. "Mengapa kisah hidupmu dan kisah hidup ibumu dipenuhi adegan yang pilu? Jika orang tua ini bisa menukar nyawanya dengan nyawa ibumu, maka akan kulakukan." Nenek Han menitihkan butir-butir liquid bening yang menyapa lantai.
Cahaya menjelang sore membuat kesan di ruangan itu semakin sendu. "Orang tua ini takut tidak bisa bertahan lebih lama lagi.." Nenek Han tersenyum getir. "Tuhan.. tolong berikan kebahagiaan dalam hidup anak ini. Tolong lindungi anak ini. Hanya itu satu-satunya permintaanku, untuk anak malang yang bahkan telah kehilangan kedua orang tuanya sejak masih kecil."
Nenek Han tersenyum dengan butir-butir air mata yang masih saja berjatuhan. "Tuhan, tolong jangan ambil ajalku sebelum akhirnya Minjae telah siap untuk ditinggalkan. Aku ingin melihatnya berjalan lebih lancar, berbicara dengan jelas, dan paham tentang betapa kerasnya kehidupan."
Dan nampaknya hari itu Tuhan benar-benar mengabulkan doa nenek Han. Nenek Han menjadi saksi dari pertumbuhan Minjae. Nenek Han yang melihat bagaimana Minjae berjalan dengan lancar dan sudah bisa sedikit berjalan jauh lebih cepat. Nenek Han yang mendengar Minjae berbicara dan menyebut setiap kata dengan jelas dengan jelas.
Nenek Han bahkan menyimpan sebagian uang hasil dari penjualannya untuk biaya sekolah Minjae. Wanita tua itu memberikan biaya penuh untuk sekolah Minjae dari tabungannya.
Hingga ketika akhirnya Minjae berada di usia 3 tahun. Anak kecil itu sedang bermain diluar sendirian. Nenek Han membawa kotak berukuran sedang dan duduk di teras rumah sembari memanggil Minjae yang tengah bermain di halaman kecilnya.
"Nak, kemari."
Minjae yang saat itu masih kecil. Berlari dengan riang mendekati Nenek Han yang tengah tersenyum. Anak kecil itu mendudukan diri di samping kotak yang wanita itu letakan di antara keduanya.
Minjae hanya diam dan memandang kotak tersebut dengan lekat. "Ini barang eomma, Minjae."
"Eomma?"
Nenek Han membuka kotak tersebut dan Minjae pun melihat selembar foto disana. Ia melihat seorang pemuda tampan yang tengah tersenyum dan bagian lainnya seperti dibakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HEART
FanfictionNote: lanjutan book "Our Love", jangan coba-coba baca kalau gk kuat :") takut nanti nyesel :"), tapi makasih banyak kalau memang masih mau lanjut :") "Jika perlakuan mu kepada Na Jaemin di masa lalu mengatas namakan cinta mu yang membutakan segalan...