Chapter 20: Sidang [1] [Republish]

9K 1K 142
                                    

[CHAPTER YANG HILANG!]
Dimohon untuk pembaca agar tidak sampai membawa sampai ke Real Life, terima kasih

❄️❄️❄️

Hari ini.

hari dimana keadilan akhirnya tiba untuk sebuah nama yang sosoknya telah menghilang 5 tahun lalu.

hari dimana begitu banyak buket bunga yang diletakan di tempat kepergiannya.

hari dimana orang-orang yang membawa rasa cinta dan penyesalan datang silih berganti.

hari yang bertepatan dengan 6 tahun kepergiannya seorang pria cantik bernama Na Jaemin dari dunia yang kejam ini.

hari dimana salju mulai mencair dan musim semi  mulai tiba. seolah menyambut dunia baru dengan mekaran bunga-bunga indah yang menggantikan kelamnya cuaca dua musim yang telah berlalu.

❄️❄️❄️

seorang pria manis datang sembari membawa sebuah buket bunga lily putih. Ia meletakan sebuket bunga itu di dekat buket bunga lainnya. pria itu tersenyum dan memandang sosok di foto itu dengan tatapan bersalah.

"Hai teman masa kecil."

Canggung.

Rasa canggung yang menyakitkan membuat butir air mata itu berjatuhan.

"Maaf. Pertemuan pertama kita menjadi begitu buruk. Bodohnya aku tidak mengenali sahabat manis ku sudah menjadi pria dewasa yang cantik dan sampai membuatku merasa tidak ada apa-apanya. Bodohnya aku meninggalkanmu dan melupakan semua kenangan kita begitu saja. Kau pasti kesepian kan?" Haechan tersenyum sembari mengusap foto Jaemin.

"Sekarang aku paham. Mengapa Mark merasa begitu kesakitan setelah bertahun-tahun lamanya. Ini begitu menyesakan dan membuat siapapun merasa ingin gila hahaha." Haechan tersenyum dan hembusan angin berulang kali membawa udara dingin untuk menusuk hingga ke relung tulang.

"Na.." Haechan memandang cincin pernikahan yang terpasang di jari manisnya. "Aku akan melepaskan Mark." Haechan memandang cincin itu dengan senyum sedih. "Karena rasa cinta ini membuatku gelap mata. Aku bahkan merasa tidak pantas meminta maafmu, tapi aku juga ingin mmengatakan bahwa aku menyesali semuanya dan meminta maaf atas segala rasa sakitmu."

Haechan teringat hari dimana ia dan Jaemin bertemu malam itu. Keduanya hanya saling bertukar pandang dengan tatapan yang memiliki makna tersendiri.

Andai bisa mengulang waktu. Maka Haechan akan langsung memeluk Jaemin dan mengucapkan kata sahabat dengan bangga.

Haechan juga mengingat hari dimana Jaemin berpapasan dengannya dan Mark malam itu. Saat dimana Jaemin menangis dengan keadaan yang jauh dari kata baik. Harusnya ia mengejar Jaemin dengan Mark. Seharusnya seorang Na Jaemin masih dihadapannya. Seharusnya ia dan Jaemin bisa melihat kedua anak mereka tumbuh bersama. Seharusnya seperti itu...

"Maafkan aku Na.. Maafkan kebodohanku."


❄️❄️❄️


"Woah, Sungguh luar biasa."

Di sisi lain, Felix sedang bertepuk tangan ketika melihat Daegang keluar dengan setelan jas nya yang rapi. Ia begitu bangga ketika melihat betapa wibawa dan kerennya sang sahabat. Felix berulang kali menepuk punggung Daegang.

"Aku sungguh gugup jika kau ingin tau." Daegang memberitahu. Felix sedikit melunturkan senyumnya. Untuk pertama kalinya juga kalimat itu keluar dari mulut sahabatnya.

OUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang