Hari itu Minjae menggeliatkan tubuhnya dengan gelisah. Anak kecil itu terbangun lebih awal ketika matahari pun belum menampakan diri di langit.
Anak kecil itu melihat sisi lain tempat tidurnya terlihat kosong. Ia bangun dan menuju ke tepi ranjang sembari turun dengan perlahan.
Dalam langkah kecilnya ia mendengar suara lantunan piano yang memanjakan gendang telinganya. Anak kecil itu merasa tidak asing ketika mendengar nada piano tersebut, ia mendekat pada satu sisi kamar yang pintunya sedikit terbuka.
Minjae melihat sosok Daegang yang tengah memainkan piano dengan sentuhan jari-jari lentiknya yang lembut. Menimbulkan nada-nada dengan lantunan indah yang menggetarkan hati.
Lagi dan lagi, suara dentingan piano dari lagu IU - Only I Didn't Know memenuhi ruangan itu dengan lantunan indahnya. Minjae merasakan getaran menyakitkan jauh dari dalam lubuk hatinya ketika mendengar lagu tersebut.
Terasa tidak asing, tapi Minjae tidak tau dimana ia mendengar lagu yang sama di tempat yang berbeda?
Daegang mengakhiri permainannya dan menghelakan nafas panjang. Ia tak sengaja menoleh ke arah pintu dan menemukan sosok Minjae yang memperhatikannya sedari tadi.
"Eoh, Minjae kapan bangun sayang?" Daegang memanggil Minjae untuk mendekat ke arahnya. Anak kecil itu mendekat dan mendudukan diri di pangkuan Daegang atas intruksi oleh pria itu sendiri.
"Baru saja."
"Minjae suka piano?"
Minjae hanya diam tak bergeming dan memandang sosok Daegang dengan mata bulatnya.
"Piano?"
Daegang mencium pipi Minjae dengan gemas. "Ini namanya piano sayang."
Minjae mengangguk paham.
"Eomma juga suka bermain piano."
"Minjae tau dari mana?"
"Nenek." Jawaban singkat Minjae membuat Daegang bungkam. Ia merasa bersalah ketika ia tidak bisa memberitahu kan apapun tentang ibu dari anak itu sendiri.
Tapi ia sungguh takut Minjae akan merasa sangat terluka ketika mengetahui fakta pahit tentang kisah hidup ibunya.
"Minjae-masih ingin melihat wajah eomma Minjae?" Anak kecil itu terdiam. Sepasang netranya memandang benda hitam besar dan warna putih yang menimbulkan suara ketika di tekan tersebut dengan lekat.
"Eung, Minjae sangat ingin melihat eomma."
Daegang lagi dan lagi merasa bersalah. Ia memeluk Minjae dari belakang dan menumpu dagunya di bahu mungil tersebut.
"Minjae, maafkan paman."
"Kenapa paman meminta maaf?"
Daegang terdiam. Ia merasa semakin bersalah ketika Minjae bertanya balik kepadanya tanpa mengetahui fakta bahwa ia menyembunyikan kebenaran tentang ibunya.
"Sebentar lagi hmm? Minjae akan bisa melihat appa dan eomma Minjae sebentar lagi." Minjae menoleh ke arah Daegang menatap lekat sepasang netra Daegang yang memancarkan keseriusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HEART
FanficNote: lanjutan book "Our Love", jangan coba-coba baca kalau gk kuat :") takut nanti nyesel :"), tapi makasih banyak kalau memang masih mau lanjut :") "Jika perlakuan mu kepada Na Jaemin di masa lalu mengatas namakan cinta mu yang membutakan segalan...