Chapter 17: Pembenaran

15.5K 2.1K 1.3K
                                        

CUMA FIKSI! JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE! YANG NGGAK SUKA SAMA CERITANYA! JANGAN BACA! 🌚

❄️❄️❄️

Daegang turun dari taxi yang ia gunakan sembari membawa beberapa tas belanjaan. Pria dengan surai hitam legam itu melangkah dengan santai menuju gedung apartementnya, menaiki lift, dan tiba tepat di lorong apartement. Langkahnya terhenti dan tatapannya berubah dingin ketika melihat seorang pria bersandar dalam diam di dekat pintu apartementnya.

Daegang menghembuskan nafas panjang. Dalam hati menggumamkan banyak pertanyaan terkait perihal pria bermarga Lee yang merupakan ayah kandung Minjae itu datang kemari.

Langkah kakinya terasa begitu berat untuk menghampiri Jeno yang hanya diam tak bergeming sembari memandang sebuah bullpoint di tangannya.

"Bukankah akan lebih bagus jika kau hanya duduk manis di rumah?"

Suara berat Daegang mengalihkan atensi Jeno. Pria itu kini berdiri tegap sembari mendekati pemilik suara tersebut.

"Aku ingin bicara padamu."

"Bukankah kau sudah bicara saat ini?"

"Jangan bercanda denganku CEO Han."

"Oh? Bukankah kau yang sedang bercanda denganku?"

Jeno menghelakan nafas. Pada dasarnya Daegang benar-benar keras kepala dan tidak ingin kalah dalam hal beradu mulut seperti ini.

"Okay. Maksudku.. aku ingin membahas sesuatu denganmu. Itu maksudku, kau puas?! Sekarang ikut denganku."

Jeno berjalan melewati Daegang yang hanya tersenyum penuh arti. Tak sedikitpun pemuda itu menggerakan tubuhnya untuk menyusul Jeno. Daegang hanya melirik dari sudut mata.

"Apa nyawaku akan baik-baik saja setelah ini? Bagaimana jika kau dan keluargamu berencana untuk membunuhku seperti kalian membunuh Na Jaemin?" Daegang menoleh ke arah Jeno dan memasang raut dramatis miliknya. Bertingkah seolah ia ketakutan. Bersikap seolah ia adalah sosok yang lemah tak berdaya. Meskipun faktanya Daegang benar-benar di didik keras oleh ayahnya sendiri di amerika dalam mengatasi hal-hal seperti itu.

Puas dengan reaksi jengah Jeno, Daegang hanya tersenyum dan memilih berbalik menuju apartemennya sembari berkata. "Okay, tapi biarkan aku meletakan barang belanjaanku terlebih dahulu."Tak butuh waktu lama, setelahnya Daegang keluar dan kini mendekati Jeno yang menatapnya dingin.

"Apa yang ingin kau bicarakan? Kau tidak berniat membawaku jauh dari apartement ku sendiri kan?"

"Kemanapun, dimana tidak ada siapapun yang mengganggu." Jeno berjalan terlebih dahulu memasuki lift dan Daegang menyusul. Keduanya hanya diam tak bergeming sembari memandang lurus kedepan.

"Jika istrimu atau keluargamu melihat kita bersama seperti ini, maka mereka bisa saja salah paham."

Daegang menyeringai, netranya memandang pantulan Jeno di lift. Kedua lengannya terlipat rapi di depan dada.

Jeno mengenakan topi hitam yang ia bawa sedari tadi. Lalu menutup dengan tudung jaket tebal tersebut sembari melangkah cepat menuju ke mobilnya sendiri. Daegang hanya mendengus dengan sorot meledek melihat hal itu.

"Bagaimana rasanya menjadi artis?"

Jeno membuka kan pintu untuk Daegang, pria tampan itu menoleh untuk memandang sosok bersurai hitam pekat yang memiliki wajah seiras dengan mantan istrinya.

OUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang