PACIS | 15

200 31 5
                                    

Kedai bakso yang di dalamnya terdapat sebuah meja, di sana terlihat sosok Rizky dan tiga temannya. Tak lain tak bukan adalah Sani, Syifa dan Reza.

Sepulang dari restoran, mereka menyempatkan diri untuk makan bersama atas permintaan Sani. Mereka juga turut menceramahi Rizky atas kecerobohannya dalam hal menyetir di hari kemarin.

Waktu berjalan begitu lambat, tiap saat ditemani cerita-cerita dari Reza sampai Sani. Rizky dan Syifa masih dengan sikap permanen mereka, menyimak.

"Oh iya, sebentar lagi Syifa dapet gaji pertamanya," kata Reza dengan senyuman. Rizky dan Sani langsung menggoda Syifa.

"Gaji pertama lo mau buat apa nih, Syif?"

Syifa nampak berpikir. "Mm... Kayaknya seluruhnya a-akan habis untuk biaya tinggal, deh."

Rizky nampak mengangguk. "Iya, pasti lo juga harus nyiapin uang makan sama ongkos."

"Kalo masalah ongkos, gue bisa kok anter-jemput Syifa."

Sani menyenggol. "Yehh, emangnya elo ngga kuliah?"

Reza terkekeh. "Kalo buat Syifa kan semua bisa dikendaliin."

Setelah lama bercakap-cakap, Sani izin pulang lebih awal karena sepupunya sudah menunggu kunci rumah yang ternyata tak sengaja terbawa oleh Sani. Karena sudah malam dan rencananya akan melewati jalan pintas, maka Sani memaksa Reza agar ikut pulang sekaligus menemaninya.

Di sisi lain Sani juga ingin membuat Rizky dan Syifa berdua saja. Mereka mulai pamit dan keluar berdua. Kedai mulai sepi, pemiliknya pun sudah memanggil putranya untuk membantu merapikan sisa dagangan.

Syifa yang masih menyisakan makanan, cepat-cepat menghabiskannya. "Ga usah buru-buru, Syif."

Syifa tak mempedulikannya, sesuap bakso dan kuah turut masuk ke dalam.

"Ngomong-ngomong, sebentar lagi kamu pindah dari kontrakan aku."

Syifa menoleh dengan tatapan dalam. Ia menatap mimik wajah Rizky yang sepertinya merasakan sebuah kehilangan.

"Syifa, kamu emang bukan siapa-siapa aku..."

Syifa tersenyum tipis, kemudian menunduk.

"Tapi, kamu adalah orang yang bukan siapa-siapa sebelumnya yang sekarang adalah bagian dari hidup gue."

Syifa mengernyit. Seketika Rizky membenahi ucapannya, dengan gugup. "Ah... Ma-maksudnya lo tuh udah sohib gue banget, Syif. Gitu..."

Syifa tertawa melihat kegugupan Rizky. Padahal yang ia pikirkan sebelumnya bukanlah itu.

"Aku ngga sadar makna kalimat ka-kamu, ta-tapi setelah kamu bilang aku jadi gimana gitu, hahahaha!"

Rizky tersipu malu, tangannya menggaruk tengkuk dan membiarkan Syifa menatapnya dengan puas.

"Emangnya tadi lo mikirin apa?"

Syifa menyudahi tawanya dan menunjuk Rizky. "Ya... Itu."

"Apa?" Keduanya saling menatap, tubuh mereka juga saling berhadapan.

"Kamu itu labil. Ka-kadang pakai aku-kamu kadang juga pa-pakai lo-gue."

Rizky hanya bisa terkekeh.

"Sedikit risih aja de-dengernya."

Rizky tersenyum. "Oke oke, supaya Syifa ngga risih lagi, mulai sekarang aku pake aku-kamu sama kamu."

"Hm? Sama aku aja?"

"Yap! Buat kamu aja, Syifa Arellia."


♥️




Hujan menerpa saat Rizky dan Syifa sedang di perjalanan pulang. Entah langit yang ingin mereka kehujanan atau bagaimana, intinya mereka bersama lagi. Rizky menatap satu kakinya yang diperban, walau tertutup celana jeans-nya, namun tetap saja terlihat kain kasa itu.

"Kenapa?" tanya Syifa, dari matanya Rizky tau bahwa perempuan itu sudah mengantuk. Apalagi ditambah nikmatnya angin hujan malam itu.

"Gapapa, cuma bete aja karena kaki aku ngga kayak biasanya."

Syifa membuka matanya sedikit lebar, memerhatikan perban itu dalam. Lalu mengambil sesuatu dari tasnya. "Sini deh ka-kakinya."

Rizky sedikit bingung bagaimana cara mendekatkan kakinya pada Syifa. Karena tau itu, Syifa memberi arahan dan meminta Rizky meletakkan kakinya di dekat kursi Syifa. Otomatis Rizky memundurkan sedikit tubuhnya. "Mau apa?"

Syifa membuka tutup pulpen dan mulai memberi coretan di sana. 'Cepat sembuh!!'

Tidak ada gemuruh hujan yang mengagetkan, hanya ada tawa dan perbincangan hangat. Rizky tak berhentinya mengajak Syifa berbicara dan ia selalu menuntut perempuan itu untuk bercerita sesuatu, sesuatu yang panjang, yang bisa melatih perempuan itu berbicara tanpa gagap.

Sampai satu ketika, Rizky tersadar bahwa perempuan itu sudah mencoret keseluruhan perban. Membuatnya tersenyum. "Itu adalah karya seni sederhana yang paling bagus."

Syifa terkekeh. "Ngga lah, bi-bisa aja deh."

"Bener! Kamunya aja yang kalo dipuji malu-malu," kata Rizky, menarik kakinya lagi ke bawah.

"Oh iya, Reza mau pinjem buku gue yang waktu itu lo baca. Boleh ngga?"

"Boleh dong, itu kan bu-buku kamu."

"Oh udah selesai bacanya, ya? Kirain belum."

Syifa nampak terdiam, lalu menjawab. "Udah."

Rizky berdiri lebih dulu karena hujan sudah reda. Ia memberikan helm kepada Syifa, kemudian mengelap-elap jok motornya supaya kering.








Rizky duduk tak jauh dari Syifa, perempuan itu sedang merapikan barang-barangnya karena hitungan hari akan pindah.

"Na-nanti baju kotor kamu bawain ke aku aja, biar aku cuciin."

Rizky yang tadi melamun langsung terkesiap. "Loh kok gitu?"

"Bi-biar aku yang cuci, daripada kamu terus-terusan laundry? Kak Sani juga ka-kasih tau aku di mana tempat elektronik yang bisa kreditin mesin cuci."

Rizky makin manyun, ada rasa yang bergejolak untuk menahan perempuan itu agar tetap bersamanya.

"Kak..."

Rizky buru-buru menatap Syifa. "Kenapa, Syif?"

"Makasih banyak."

"Iya! Sama-sama," sahut Rizky.

Keduanya meneruskan obrolan, tak begitu peduli dengan jadwal bekerja mereka yang harus dijalankan besok pagi.

Rizky banyak bertanya hal-hal yang mana sama sekali tidak penting, tujuannya hanya satu, agar ia bisa mendengar suara Syifa yang amat candu.

Malam itu Rizky sudah menetapkan bahwa ia jatuh pada perempuan di hadapannya. Perempuan yang tak sempurna namun luar biasa. Meski tak sanggup mengutarakannya, tapi semua itu mampu tergambar jelas di sorot matanya.

Detik demi detik berlalu, dan akhirnya Rizky pamit keluar untuk menyegarkan diri. Yang sejujurnya ia lakukan karena ingin berandai, berandai bagaimana rasanya bersama perempuan itu selama hidupnya. Akan terus ia jaga, 'kan terus ia cintai sampai akhir hidupnya.









---------------------------------



Halo, berhubung Renata 2 akan diunggah setelah cerita ini selesai, maka Renata 1 yang sebelumnya direvisi akan diunggah kembali malam ini, untuk temen-temen yang kangen bisa dibaca ulang, ya!

Dan kira-kira gimana tebakan kalian mengenai Renata 2? Hmm ( ˘ ³˘)♥

Selasa, 13 Juli 2021
944 kata
12.35

PACAR ISTIMEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang