PACIS | 20

134 26 12
                                    

Rizky tak tau apa yang sebenarnya Syifa lakukan kemarin. Namun, satu yang ia tau. Ia harus menyatakan cintanya. Agar ia memiliki sedikit hak untuk mendapat kabar. Rizky cemas, sempat terpikir untuk menemui Syifa sore itu sebelum menemui Dasya tetapi ia juga merasakan 'keseganan' itu.

"Ky, belum juga lo nembak Syifa?"

Rizky menggeleng. "Mm... Atau, di ulang tahunnya aja nanti?"

"Oh, boleh tuh!" Sani ikut antusias mendengar rencana tersebut.

"Tapi San... Gue..."

"Kenapa?"

"Ah, kayaknya terlalu cepet kalo besok."

"Terus?"

"Udahlah tunggu aja."

Sani menghela napas panjang. "Dari kapan tau juga lo bilang gitu, tapi apa? Jadi ga pacarannya hm?"

Rizky hanya memperhatikan pintu tempat Syifa keluar-masuk. Tapi sayang, sepertinya perempuan itu masih disibukkan pekerjaannya.








Citra yang sedang menikmati libur semester sudah memutuskan untuk menghabiskan sepenuhnya di rumah bersama Hendra, papanya. Dan mengingat kecintaan putrinya pada Rizky lagi-lagi membuat Hendra menarik pembicaraan.

"Mau bertemu Rizky?"

Citra mengangguk. "Boleh?"

"Tapi sejak kamu kembali kuliah waktu itu, Papa selalu mendapat penolakan untuk menemui Rizky. Mereka bilang Rizky sakit, Rizky tidak di rumah dan banyak lagi. Papa jadi takut, apa dia baik-baik aja?"

Citra menggenggam tangan ayahnya. "Tadi di perjalanan pulang, aku lihat Rizky di jalan, Pah. Dia pakai seragam gitu, mungkin kerja."

"Di jalan? Kerja apa?"

"Mmm, I dunno. But... Aku seneng lihat dia."

Hendra sedikit bingung. "Masih inget tempatnya?"

"Restoran. Aku lihat dia masuk ke restoran itu karena memang jalan waktu itu macet."

"Kenapa ngga kamu temui?"

"Mm... Aku takut Rizky marah."

Hendra tak habis pikir. "Dia itu calonmu. Ngga akan marah, Cit." Kemudian Hendra pamit untuk mengangkat telepon.

Sementara Citra masih di sana, melihat ponselnya sendiri. Sempat terpikir untuk menghubungi sebuah nomor yang ayahnya berikan, namun Citra terlalu lemah untuk melangkah lebih dulu mendekati pujaannya.

Ky... Aku tau perjodohan ini menyusahkan kamu.







Akhirnya waktu istirahat yang ditunggu tiba. Rizky mengambil dua nasi kotak yang memang Pak Carlos sediakan setiap bulannya. Dengan senyum merekah, ia menuju tempat Syifa.

Namun senyumnya sirna kala Federick keluar dari sana. Berpapasan dengannya, membuat Rizky harus menundukkan kepalanya sebagai sapaan.

Tanpa kata dan senyuman sebagai balasan, dengan tegaknya Federick berjalan menjauhi tempat itu. Sebelumnya Rizky melihat kepergian atasannya kemudian ia berjalan masuk.

Di sana juga hanya ada Syifa.

"Syif..."

Syifa tersenyum. "Bawa apa tuh?"

"Ah.. ngga." Rizky nampak menutup dua kotak itu. Syifa berdiri dan terlihat ingin mengambil sesuatu, berjalan ke arah rak khusus pegawai.

Rizky melihat sekotak makanan yang mana lauknya bukan telur balado dan acar, melainkan potongan daging rendang yang cukup besar dan sayur jagung. Dengan cepat ia meletakkan satu kotaknya lagi di sembarang tempat.

PACAR ISTIMEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang