PACIS | 6

417 65 5
                                    

Rizky menurunkan nampan dan menyodorkan piring dengan ucapan pembuka. “Ini dia makanannya, Ka---”

Shock

Rizky menelan salivanya dan langsung meletakkan pesanan. Membawa kembali nampan dan melangkah untuk pergi. Sementara si pemesan yang ikut terkejut itu refleks menahan tangan Rizky.

“Ky...”

“...”

“Sebentar...”

Rizky melepaskan tangan Rina dengan tangannya yang lain. “Aku lagi kerja, Mah. Tolong ngerti...”

“Tapi Mama---”

Belum berucap banyak, Rizky sudah pergi. Rina menghembuskan napasnya panjang dan menyangga kepalanya.

Rina pergi ke restoran itu karena ia belum memasak. Buat apa pula memasak? Suaminya sedang di luar kota mengurus pekerjaan, dan di rumah tidak ada siapa-siapa lagi. Jadi daripada repot, Rina memutuskan makan di luar.

Kebetulan sebelumnya ia mampir ke rumah kerabat dan akhirnya sampai di restoran itu.

“Syifa, ayo makan dulu. Tadi mama buat kue pelangi buat kita, katanya kamu suka kue, bener ngga tuh?” Ares menggandeng tangan Syifa dan menuntunnya untuk melangkah tepat agar tidak jatuh ke lumpur.

“Ka-kamu tingkahnya ka-kayak orang dewasa.”

“Emang kamu tau orang dewasa kayak apa? Wah berarti aku keren, ya?”

Syifa tertawa. “Udah ah, aku la-laper.”

Ares ikut duduk, di sebuah gubuk kecil namun dibuat begitu nyaman. “Ini dia...” Ares membuka kotak makan yang berukuran lumayan besar. Di dalamnya ada kue pelangi yang warnanya tentu beraneka macam. Syifa tersenyum lebar dengan mata berbinar.

“Kamu seneng, ga?” tanya Ares. Syifa menatap saudaranya penuh dan mengangguk mantap.

“Kalo kamu seneng, Ares ikut seneng.”

“Makasih, A-Ares.”

“Iya Syifa, sama-sama.”

Rizky yang mengantar makanan sejak tadi, kini memasang wajah tanpa ekspresi. Di belakang sana ada Rina, otomatis membuatnya gelisah bukan main.

Mamanya sudah tau di mana ia bekerja. Ia tidak mau hal ini terjadi, karena penyebabnya bukan hanya kerjanya yang diganggu, bahkan mungkin ia tidak bisa bekerja lagi di sini karena akan terus diikuti Rina. Bagaimanapun itu, Rizky benci keadaan ini.

Ia melirik sang ibu yang sedang memperhatikannya. Rizky langsung masuk ke dalam untuk istirahat sejenak. Pikirannya diguncang berbagai rasa.

Gelisah karena persembunyiannya ditemukan, dan tak enak hati karena membiarkan ibunya sendirian di luar sana. Ia tau ibunya tidak akan pergi semudah itu, paling mentok pasti akan menunggu sampai Rizky pulang. Dan sekarang Rizky kesal karena pikirannya terlalu liar hingga jatuh pada gambaran Rina yang menemui Syifa di kontrakannya. Jauh bukan main.

“Ky, nih meja nomor 15.”

“15?” ulang Rizky, kepalanya mendongak menatap Mas Fajri. “Bukannya udah, ya?”

“Ya dia pesen lagi, emang kenapa?”

Iky diam sejenak. “Oh lo capek? Yaudah istirahat deh, biar Fuad aja.” Mas Fajri menepuk bahu Rizky lalu beranjak untuk memanggil karyawan lain.

“Mas Mas...”

“Hm?” Mas Fajri berhenti melangkah.

PACAR ISTIMEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang