PACIS | 3

431 71 19
                                    

Mama
Iky... lagi dmn?
Udah pulang kuliah?

R

izky menatap pesan yang masuk itu dengan senyum tipis. Keringat membasahi kening dan lengannya.

“Mama lo lagi?” Segelas kopi tiba-tiba hadir di depannya. Iky menoleh.

“Si Sani tadi ngomong ke gue kalo hari ini lo keliatan beda. Kek lagi kasmaran gitu,” ujar Reza.

Rizky menahan senyumnya, tangan kirinya memasukkan ponsel ke saku celana. Lalu mengambil gelas kopi dan meneguknya sedikit.

“Eh, Za.”

“Hah?”

Rizky memainkan jemarinya pada gelas kopi. Ia gigit bibir bawahnya, ingin bicara namun seperti ada yang menahan.

“Kenapa si?” tanya Reza.

“Gue...”

Reza menatap Iky serius sampai kepalanya miring. “Lo kenapa?”

“Menurut lo gue kenapa?”

“Lagi jatuh cinta... mungkin?”

“Sama siapa?” tanya Rizky lagi.

“Sama gue?”

“Astaghfirullah Zaaaaaa!!”

Reza hanya tertawa. “Ngga woy, bercanda.”

“Yehhh! Ngeselin lo ah, jadi jijik gue.”

“Ck! Ya elo lama banget mau cerita, gue capek nunggunya! Bisa mati sambil minum kopi ni gue.”

“Alay!”

“Yaudah, apaan?”

“Gue ketemu cewek! Cantik banget cantiiiikkk bangettttt!”

“Demi?! Secantik apaaa?!” sosor Reza antusias.

“Menurut lo artis paling cakep siapa?!”

“Dita Karang? Dian Sastro?” sahutnya.

“Em... iya si mereka cantik. Tapi... TAPII INI CANTIK BANGET, ZA!!!”

Keduanya saling berteriak walaupun Reza sendiri tak tau seperti apa wajah yang dimaksud Rizky.

Namun di sela itu, di sela Rizky tertawa, Reza dapat melihat sirat kebahagiaan yang sudah lama tak ia lihat.

Langit mulai gelap, dan Syifa sedang duduk meringkuk di sudut ruangan. Kebiasaan sedari kecil jika sedang kesepian. Meskipun hidup dari keluarga yang menyajikan segala kemewahan dan kebahagiaan, tak luput dari sedihnya menjadi anak tunggal.

Syifa hidup sebagai anak satu-satunya yang sedari kecil selalu dimanjakan. Berkarakter lemah lembut, ayu dalam berpenampilan dan cantik dalam berkomentar. Orang tuanya hidup rukun karena saling mencintai, Syifa pun bersyukur karena hal itu.

Namun sangat disayangkan mengapa hal yang tak pernah diduga sebelumnya akhirnya terjadi.

“Ayah...” ucapnya sambil mengusap sebuah foto polaroid. Di sana terdapat wajah sang ayah yang sangat tampan, meski usia sudah menginjak 40 tahun.

“Ayah sa-sama mama baik-baik, ya.”

Di depannya ada tas besar yang menampung barang-barangnya yang tidak muat dimasukkan ke lemari. Syifa mengambil sebuah album foto.

Kira-kira 10 lembar, dan setiap halamannya terdapat tulisan dari keterangan foto yang ada. Semua hasil coretan tangannya, ada motif bunga, gambaran hiu yang tersenyum, juga gambar dirinya yang menggendong seekor kelinci bertelinga panjang.

PACAR ISTIMEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang