PACIS | 19

114 25 2
                                    

Sani menghampiri Rizky yang baru saja tiba untuk mengisi shift.

"Nih kuncinya!" serunya dengan semangat. Rizky menerima itu.

"Oh iya, Syifa di mana?"

"Loh... Kan udah pulang, bukannya lo yang nganterin tadi?"

Rizky mengerutkan keningnya. "Ngga, pulang ngampus gue langsung ganti baju kerja terus ke sini. Emang udah dari tadi keluarnya?"

"Ya iye, liat aja sekarang udah jam 7."

Rizky cemberut. "Syifa ngga ngabarin gue..."









"Loh, ma-mau apa?" Syifa menahan Federick untuk tidak ikut masuk ke rumahnya. Federick menaikkan satu alis.

"Kenapa? Keberatan?"

"Tunggu di luar."

Federick menatap tajam Syifa, tapi setelah itu ia duduk di kursi. Melipat satu kakinya yang panjang kemudian memainkan ponsel.

Syifa semakin tak keruan, bahkan ia mengunci pintu depan dengan gerakan perlahan agar tak terdengar suaranya. Saking gugup, ia tak sadar kalau kunci serep rumah itu tidak ada.

Syifa dengan cepat membersihkan dirinya dan menggunakan baju yang Federick berikan. Seperti yang kita tau, Syifa hanya membawa pakaian sehari-hari yang biasa, meninggalkan semua dress mahal nan anggunnya di rumah miliknya.

Dalam hati ia bergumam, bingung akan Federick yang tiba-tiba datang dan mendekatinya seperti itu. Meski tak mengerti banyak tapi Syifa mengerti bahwa pria itu bukan lagi Federick yang kemarin ia kenal.

Federick lebih menguatkan sifat pemaksanya dan sering memberikan perhatian. Syifa tak menginginkan itu, ia tak ingin ada hubungan khusus antara dirinya dan sang atasan.

"Syif? Masih lama?"

Seperti terpecut, Syifa segera merapikan sekali lagi penampilannya kemudian keluar, sampai akhirnya berdiri di hadapan pria tinggi itu.








Bukan lelaki menurut Rizky apabila ia mengkhianati ucapannya sendiri, apalagi pada seorang perempuan. Jadi mau tak mau, suka tak suka ia harus keluar bersama Dasya.

Rizky lega karena perempuan itu juga tak begitu agresif, jadi ia tak perlu susah-susah mencari alasan agar berjauhan.

Mereka duduk di kursi yang dilengkapi meja kecil, berada di luar tenda untuk melihat bagaimana suasana makan di pinggir jalan. Dasya terlihat senang bisa mendapatkan Rizky malam itu, namun Rizky bukan tersenyum lembut, malah cemas karena perempuan yang ia cintai belum juga memberi kabar sejak pagi.









Acara pertunangan tidak terlalu dihadiri banyak orang. Syifa juga lega karena ternyata Federick bukan tipikal orang yang suka membincangkan suatu hal jika dirasa tak perlu, jadi saat datang ia mengajak Syifa untuk menemui dua calon itu dan menikmati acara dengan sepihak saja.

Awalnya Syifa sudah gemetar hebat di balik pakaian cantiknya malam itu, karena ia pikir kejadian memalukan atas dirinya lagi-lagi akan terulang dan suara olok-olok akan kembali terdengar. Tapi, tidak.

Pukul 9 malam, Federick tak banyak bicara. Lekas makan ia langsung mengajak Syifa untuk pulang. Sampai akhirnya di parkiran yang tentunya sepi, menarik Federick untuk menatap Syifa yang sudah duduk di dalam mobil.

Federick duduk di kursi kemudi. "Terima kasih sudah menemani saya."

Syifa termangu.

"Apa ada yang salah?"

PACAR ISTIMEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang