PACIS | 44

158 20 8
                                    

Hujan mendera, jalanan mulai digenangi air membuat cipratan mencuat dari ban kendaraan. Langit berubah gelap, sore yang biasanya masih diwarnai jingga yang cantik, kini dibalut awan hitam dan angin kencang.

Di dalam mobil Syifa dan Rizky memilih diam karena sibuk dengan urusan masing-masing. Rizky yang fokus mengendarai, dan Syifa kalut dengan angan-angannya.

Sepulang dari kediaman Carlos, awan sudah menghitam disertai beberapa gemuruh langit. Syifa menolak tawaran Carlos untuk menginap. Apalagi Syifa meninggalkan dompetnya, entah di mana, tapi seingatnya dompet itu ia letakkan di pinggir kasur Rizky.

"Emangnya penting banget ya Syif dompet kamu itu? Bukannya kamu punya uang digital?"

Syifa tersenyum seadanya sambil menunggu Rizky selesai bicara. Kemudian ia membalas, "Di dalamnya a-ada ku-kunci rumahku."

"Oalah, oke."

Karena tidak ingin obrolan selesai, Syifa mengambil bingkisan pemberian Carlos yang katanya untuk dijadikan teman di perjalanan. Isinya kue kering, kue basah dan minuman kemasan. Syifa membuka salah satunya, rupanya brownies berukuran mini yang warnanya hitam legam disertai topping keju yang melimpah.

"Kak," panggil Syifa yang sudah siap dengan potongannya di tangan. Rizky mengulas senyum lalu menerima suapan dari pacarnya.

"Hmmm enak."

"Iya"

"Baru pertama kali aku nyobain brownies pake topping keju, biasanya full cokelat."

"Sama"

"Minumnya ada nggak, Yang?"

Senyap

Rizky mengulum bibirnya sendiri. "Sayang?"

"Iiihhh!"

Tawa Rizky pecah. "Kenapa? Emangnya salah, yaaa?"

Syifa diam saja, tangannya menjulur untuk memberikan minuman kemasan. Rupanya berperisa teh, terbungkus dari karton khusus.

"Mana bisa buka aku," cicit Rizky dengan nada lemas seolah-olah dirinya menderita dengan keadaan saat ini. "Haus banget."

"Yaudah!" kelakar Syifa, ia menusukkan sedotan ke lubang yang ada. "Nih"

Rizky tak asal menyeruput minumannya, ia menggenggam tangan Syifa hingga hausnya hilang.

"Udaaaah," tandas Syifa, menarik tangannya dan kembali bersandar pada kursi.

Rizky nampak ceria. "Oh ya, tolong chat mama, bukain pagar."

Syifa menerima ponsel yang Rizky berikan. "Ih, gak boleh nyuruh o-orang tua."

"Ck, gapapa. Tadi mama kok yang bilang gitu sama aku, emang kamu mau aku sakit lagi, Syif? Aku belum mendingan loooohh."

Mau tak mau Syifa menuruti perintah Rizky. Di dalam mobil yang mereka tumpangi juga tak ada payung atau sejenisnya. Dan hujan malah semakin deras, suara jatuhan terdengar lebih keras dari sebelumnya.

"Udah dibalas?"

"Belum, ta-tapi udah dibaca."

"Bagus," sahut Rizky, "Oh ya, aku bakal sibuk kuliah, Syif. Jadi maaf ya kalo nanti kita gak sering keluar bareng. Tapi aku tetep ada kok buat kamu."

"Iya, aku paham."

"Kalo kamu sedih, butuh temen cerita atau apapun itu, dateng aja ke rumahku. Kalo misalnya aku lagi ada kelas, kamu bisa ngobrol sama mama. Okeee?" Rizky terlihat begitu memperhatikan Syifa. Tak ingin membiarkan kekasih hatinya menyendiri dalam kesepian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PACAR ISTIMEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang