PACIS | 26

98 25 12
                                    

Citra tersenyum kepada waiters yang sudah mengantarkan pesanan. Setelah selesai, ia menatap Dasya. "Oke, bisa kita mulai?"

Dasya mengangguk. "Seperti yang udah aku bilang tadi, aku mantan pacar Rizky."

Citra mengangguk.

"Kami pacaran sejak SMA, sudah 4 tahun. Kemudian putus karena aku tau kalau dia dijodohkan. Kamu tau kan rasanya? Dan sedihnya lagi Rizky ngga pernah bilang apapun ke aku tentang perjodohan itu. Aku harus tau sendiri setelah mendengar dialog antara Mama Rina dan seorang pria, sepertinya itu papa kamu."

Citra mendengarkan dengan mimik wajah menyesal.

"Tapi gapapa, karena itu udah lalu. Aku ga berharap sama Rizky lagi, kok. Dan yang aku maksud dari 'nyari kamu' itu karena aku mau kasih tau sesuatu..."

"Apa itu, Das?"

Dasya memasang wajah sedih. Tangannya bergerak memperlihatkan sesuatu di layar ponsel. Rupanya wajah perempuan. "Rizky menolak kamu atas pengaruh perempuan ini."

Citra mengerut dahi. "Maksudnya?"

"Perempuan ini penipu. Dia memperalat Rizky, memeras uang dan meminta semuanya. Kamu tau? Perempuan ini meminta uang untuk sewa kos, biaya hidup dan belanja sehari-hari."

Citra terdiam.

"Kamu tau kan kalau Rizky kerja di restoran?"

"Ya"

"Dia bekerja keras demi perempuan jahat ini."

Citra menatap wajah Syifa dalam-dalam. "Dengan wajah sepolos ini? Sulit dipercaya..."

Dasya mengangguk. "Jujur aja, aku masih peduli sama Rizky. Tapi aku ga bisa berbuat lebih karena yang berhak mengambil langkah adalah kamu, Cit. Tolong bawa Rizky menjauh dari perempuan itu."

Carlos meletakkan secangkir kopi dan duduk di kursinya. "Haaah... Gimana, masih gini gini aja?"

Federick tidak menjawab pertanyaan sang ayah, hanya tersenyum.

"Makanya jangan terlalu pilih-pilih. Kamu itu ga sempurna, Fed."

"Tapi harus dapat yang hampir sempurna, Yah."

"Gila kamu." Carlos menyeruput kopinya. "Hm, tapi kabarnya kamu lagi deket ya sama karyawan Ayah?"

Federick mengusap-usap lengannya. "Kata siapa?"

"Udah lah, kamu suka kan sama Syifa?"

Federick menggeleng, salah tingkah.

Syifa tiba di restoran dengan kondisi yang kurang fit. Kepalanya pusing. Ia berjalan masuk lewat pintu pegawai yang ada di belakang, menyalip di antara karyawan-karyawan yang masih bertugas.

"Syif, ikut aku sebentar."

"Pak Pak—"

Federick menarik tangan Syifa begitu saja menuju ruangannya. Berarti mereka harus keluar dari ruang pegawai dan melewati pemandangan para pengunjung. Tetapi yang fatal di sini adalah, Rizky melihatnya.

"Syif" Federick mengangkat piring kecil yang mana terdapat potongan kue bolu. Disajikan dengan selai rasberi dan krim vanila di dalamnya. Visualnya mengagumkan ditambah dengan sepucuk daun mint dan parutan keju.

"Victoria Sponge. Bolu super lezat yang pasti kamu suka."

Syifa termangu. Apa ini semua? Kenapa tiba-tiba Federick bersikap seperti ini? Begitu kira-kira batin Syifa. Lagipula biasanya pria itu menggunakan kata lo-gue saat melupakan status bos dan karyawan. Atau saya-kamu. Tapi sekarang beralih menjadi aku? Apakah Federick merasakan rasa manis ketika berdekatan dengan Syifa? Dan apakah pria itu akan bersikap demikian secara terang-terangan?

PACAR ISTIMEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang