Anggap aja prolog :v

305 26 7
                                    

Namaku Ana, gadis 20 tahun yang kini duduk di bangku kuliah tahun kedua. Aku anak tengah dari keluarga yang bercita-cita membesarkan anak-anaknya menjadi pribadi yang religius kelak. Ya, bisa dikatakan seperti itu.

Hanya saja, semua manusia pasti punya jalan dan masalah hidupnya masing-masing, aku salah satunya.

Sejak kecil, Ayah dan Ibuku sudah mengajarkan agar aku dan saudara-saudariku tidak meninggalkan ibadahku, menjalankan kewajiban-kewajiban agamaku, dan memenuhi segala hak Tuhan atas hidupku. Semuanya berusaha kujalani. Sekiranya hanya tersisa satu hal saja yang rasanya amat berat untuk kutinggalkan.

Mungkin alasanku masih bisa diterima beberapa pihak mengingat usiaku yang masih menggila pada pusaran anak remaja labil, pacaran dianggap kebutuhan sehingga aku yang sudah lama menggelutinya merasa aku tidak melakukan kesalahan apa pun dalam menjalani perkara tersebut.

Toh, aku hanya mengobrol saja, tidak melakukan apa pun.

Namun, di lain sisi, harus kuakui bahwa apa yang kujalani sekarang adalah sebuah kesalahan. Para guru tempatku menimba ilmu di sekolah atau di mana pun itu mengatakan hal serupa, ini tidak dibenarkan, tapi bagaimana lagi, cara apa yang akan melembutkan dadaku untuk mengikhlaskan Lintang?

Ya, Lintang.

Aku tak mungkin melepasnya mengingat seluruh keluargaku sudah mengenal baik buruk sosok Lintang, dia sudah menaruh sumpah di depan Ibu bahwa dia yang kelak akan meminangku pertama kali, sekalipun hingga detik ini dia masih tak ada kejelasan.

Heuh!

Banyak yang sudah terlewati antara aku dan dia, dari kami yang dulu selalu pergi atau pulang sekolah bersama, memperjuangkan perguruan tinggi bersama, berbagi cerita kehidupan bersama, saling mengenalkan diri ke keluarga masing-masing, sampai harus melewati serangan dari pihak diri kita sendiri.

Aku sudah mengenal Lintang cukup random, dalam beberapa hal dia mampu membuatku bahagia, senang, merasa memiliki teman bercerita, sampai berkali-kali dikecewakan pun pernah. Aku harus memaklumi dia yang digemari banyak gadis, sampai yang memincutnya pun tidak sedikit.

Sekiranya dua kali aku mendapatinya menjalin hubungan yang sama dengan gadis lain sementara sumpahnya ke Ibu masih terikrar baik, selebihnya aku tak tahu.

Dan bodohnya, aku terus menganggap hal tersebut adalah cobaan. Wajar dia melakukannya sebab mungkin opsi dia sudah sangat lama bersamaku menjadi alasan dia bosan dan mencari sampingan. Yang kutahu dia pasti tetap mencintai aku seperti aku yang tetap sama. Berusaha tetap mencintai dia, sekalipun aku tahu apa yang kulakukan adalah ... salah.

***

Read Quran first and make it priority 🧡

Makasih udah luangin waktu baca part ini, semoga menjadi ibrah untuk kita bersama, jangan lupa pantengin terus part selanjutnya ya :)

Assalamualaikum.

Nggak Mau Pacaran LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang